Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dinilai akan menjadi awal dari tren pertumbuhan ekonomi yang tinggi bagi Indonesia untuk ke depannya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Hendri Saparini mengatakan, seperti yang ditargetkan pemerintah, pertumbuhan ekonomi pada 2019 akan berada di kisaran 5,2 persen.
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi ini diyakini akan menjadi awal bagi tren pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Advertisement
Baca Juga
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2019 akan mencapai 5,2 persen. Di semester I akan di-drive oleh pemilu, dan akan di-drive oleh Lebaran dan Ramadan. Jadi kita punya kesempatan untuk mempertahankan atau mengawali pertumbuhan ekonomi di semester ini," ujar dia dalam acara 100 Ekonomi Perempuan Indonesia di Jakarta, Selasa (26/3/2019).
Menurut Hendri, pertumbuhan ekonomi yang masih didominasi oleh faktor konsumsi tidak perlu menjadi kekhawatiran. Karena saat ini negara lain pun tengah memacu konsumsi masyarakatnya guna menggenjot pertumbuhan ekonomi.
"Kita 60 persen masih konsumsi, jadi mau tidak mau tidak bisa katakan kenapa masih konsumsi. Itu yang harus kita syukuri, karena di China pun masyarakatnya didorong untuk konsumsi, agar ekonomi mereka juga didrive oleh konsumsi," kata dia.
Yang perlu dilakukan oleh pemerintah, lanjut dia, yaitu bagaimana mendorong investasi dan ekspor, dengan tetap mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi.
"Yang harus kita lakukan, konsumsi tidak perlu dikurangi, tetapi yang harus kita dorong bagaimana investasi dan ekspor itu mengikuti pertumbuhan yang tinggi sebagaimana konsumsi. Sehingga sumber-sumber pertumbuhan kita akan merata dari berbagai sektor," tandas dia.
Â
Bonus Demografi Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi RI
Ekonomi Indonesia dinilai mampu tumbuh lebih tinggi ke depannya. Salah satu pendorong adalah bonus demografi yang dimiliki Indonesia pada 2020. Dalam 4 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami peningkatan.Â
‎"Pertumbuhan ekonomi kita ke depan sangat berpotensi tumbuh lebih tinggi karena ada bonus demografi. Ini kesempatan kita. Optimiskah kita? Kita cukup optimis, karena 2018 kita heboh untuk kegiatan politik. Pertumbuhan ekonomi kita di 2018 lebih baik dari 2017. Provinsi-provinsi utama juga tumbuh lebih baik. Ini salah satu optimisme kami, bisa kita optimalkan," ujar dia dalam acara 100 Ekonomi Perempuan Indonesia di Jakarta, Selasa (26/3/2019).
Baca Juga
‎Namun demikian, lanjut dia, Indonesia masih memiliki tantangan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi ini. Salah satunya kondisi global yang masih penuh dengan ketidakpastian.
"Ketidakpastian global akan berkepanjangan. Dengan melihat di 2018 kita tumbuh cukup bagus, maka kita yakin semua tantangan, harga komoditas melemah, pertumbuhan ekonomi negara-negara lain melemah. Memerlukan upaya kita semua untuk mencari terobosan-terobosan agar pertumbuhan ekonomi lebih tinggi bisa terealisasi," kata dia.
Menurut Hendri, yang perlu dilakukan pemerintah ke depannya yaitu memaksimalkan mesin-mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Antara lain yaitu sektor jasa dan industri guna menyerap tenaga kerja dan meningkatkan ekspor nonmigas.
"Apa yang harus dilakukan? Apa tantangan kita? Kita harus dorong sektor lain, selama ini share jasa makin tinggi, perdagangan. Kita perlu kaji apa ada sektor lain yang belum dioptimalkan. ‎Manufacturing industry, memang cukup baik tapi dibanding negara lain masih rendah. Ini tantangan kita untuk dorong sektor manufaktur," tandas dia.
Advertisement