Harga Emas Naik karena Kekhawatiran Pertumbuhan Ekonomi Global

Gejolak politik di Inggris sehubungan dengan keluarnya negara itu dari Uni Eropa, yang dikenal sebagai Brexit, juga meningkatkan daya tarik safe haven emas.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Mar 2019, 06:45 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2019, 06:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harg emas naik ke level tertinggi dalam tiga pekan pada perdagangan Senin dibantu oleh pelemahan dolar AS dan karena kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global yang mendorong investor mengoleksi aset safe haven.

Mengutip CNBC, Selasa (26/3/2019), harga emas di pasar spot naik 0,5 persen menjadi USD 1.320,94 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sejak 28 Februari di USD 1.321,13 per ounce. Pekan lalu membukukan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut, naik sekitar 1 persen.

Sedangkan untuk harga emas berjangka AS diselesaikan USD 10,30 lebih tinggi ke level USD 1.322,60 per ounce.

"Pelemahan pasar saham, indeks colar AS dan suku bunga yang tak naik membantu kenaikan harga emas," jelas George Gero, managing director RBC Wealth Management.

Pasar saham pada Senin mencapai level terendah dalam 12 hari di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global setelah inversi dalam kurva imbal hasil obligasi AS pada Jumat memicu kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar dunia itu menuju resesi.

Hal tersebut meningkatkan permintaan untuk aset seperti emas dan yen sementara menekan dolar AS.

Gejolak politik di Inggris sehubungan dengan keluarnya negara itu dari Uni Eropa, yang dikenal sebagai Brexit, juga meningkatkan daya tarik safe haven emas.

"Kekhawatiran Brexit dan mendekati kedaluwarsa opsi dapat terus mendukung harga emas. Tapi, belum tentu cukup untuk mendorong harga menuju USD 1.350 per ounce," kata Gero.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Emas Berpotensi Naik pada Pekan Ini

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Harga emas mampu menguat selama tiga minggu berturut-turut di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Akan tetapi, banyak analis mengingatkan investor untuk abaikan volatilitas jangka pendek.

Ini karena dolar AS dan fokus tren jangka pendek yang menguat usai the Federal Reserve atau bank sentral AS berubah secara jelas menjadi dovish atau kurang agresif, menurunkan pertumbuhan dan harapan suku bunga pada 2019.

Optimisme tetap kuat di pasar emas meski emas hanya mampu mempertahankan kenaikan selama sepekan.

Harga emas berjangka untuk pengiriman April naik 0,73 persen menjadi USD 1.312,40. Adapun indeks dolar AS menguat telah bebani pergerakan harga emas. 

Pada akhir minggu, dolar AS cenderung tidak berubah usai alami penurunan hampir satu persen usai bank sentral AS menyatakan tidak ada kenaikan suku bunga pada 2019.

Hal ini berbeda dari harapan pada Desember 2018 yang memperkirakan kemungkinan suku bunga acuan the Federal Reserve naik dua kali.

Pada saat sama, bank sentral juga menurunkan perkiraan pertumbuhannya dengan melihat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 2,1 persen pada 2019. Angka ini turun dari perkiraan Desember sebesar 2,3 persen.

Banyak analis komoditas abaikan kekuatan dolar AS baru-baru ini. Hal ini karena melemahnya mata uang lain. Pada Jumat pekan lalu, euro turun karena sektor manufaktur Jermang mengecewakan. Pound Inggris juga melemah seiring proses Britain Exit (Brexit).

“Saat ini kita berada di dunia yang tidak jelas apa yang bisa gantikan dolar AS,” tutur Analis CMC Markets, David Madden seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (25/3/2019).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya