Liputan6.com, Jakarta PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN bekerjasama dengan Pelindo III melalui anak usaha masing-masing, membesut pembangunan Terminal LNG Teluk Lamong.
Pembangunan terminal itu mempunyai peran kunci menopang pasokan gas di Jawa Timur, dan pembukaan pasar ritel di Jawa-Bali dan sekitarnya. Selain itu, keberadaan Terminal LNG diharapkan bisa mempercepat penggunaan energi ramah lingkungan bagi industri pelayaran.
Advertisement
Dalam skema distribusi dan transmisi gas, pasokan LNG dapat dikapalkan dari sumur Bontang/Tangguh, bahkan LNG impor jika pasokan LNG domestik tidak mampu lagi memasok LNG untuk domestik.
Selanjutnya LNG ditampung di Terminal LNG yang mempunyai fasilitas storage sementara dan dan di breakbulk dengan filling unit untuk penjualan ritel. Dengan begitu, LNG bisa langsung mengalir ke konsumen melalui jaringan pipa dan LNG juga dimungkinkan untuk distribusi melalui truk kepada konsumen ritel.
Anak usaha PGN, yakni PT PGN LNG Indonesia (PLI) berkongsi dengan PT Pelindo Energi Logistik selaku anak usaha Pelindo III ditugaskan menggarap tiga fase pembangunan. Pada fase pertama, pembangunan dan pengoperasian Terminal LNG Teluk Lamong, bisa memasok gas 30MMSCFD yang dialirkan melalui jaringan pipa Jatim.
Pada fase pertama, pembangunan akan fokus kepada Fasilitas Regas di tepian pantai, dan menggunakan storage sementara, dengan utilisasi kapal LNG ukuran sedang sesuai dengan ukuran jetty eksisting Terminal Teluk Lamong. Fase berikutnya yaitu pembangunan Terminal Pengisian LNG skala kecil (Iso Tank 20feet – 40 feet container) untuk distribusi LNG diluar sistem pipa PGN dan ship to truck LNG bunkering.
Fase paling akhir mencakup pembangunan tanki LNG permanen, dimulai dengan dengan ukuran 50.000 cbm, sebagai pengganti floating storage, untuk memenuhi kebutuhan gas suplai untuk sistem pipa PGN di Jawa Timur, dan dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan sampai dengan 180 MMSCFD. Pengoperasian penuh pada 2023, dan dapat berkembang untuk pemenuhan semua kebutuhan gas di Jawa Timur sebesar 600 MMSCFD dalam jangka panjang.
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengungkapkan pembangunan permanen yang bertahap ini akan mengurangi biaya CAPEX dan OPEX secara signifikan.
“Hal itu jika dibandingkan dengan temporary solution karena adanya pengurangan OPEX dari hilangnya pembiayaan sewa harian FSU dan berkurangnya biaya marine operation. Untuk CAPEX sendiri akan berkurang dengan signifikan karena menggunakan Terminal eksisting. Salah satu biaya terbesar dalam pembangunan small scale LNG terminal adalah pembangunan Jetty dan fasilitas pelabuhan,” ungkapnya.