Eropa Panik RI Bisa Ubah Sawit Jadi Bahan Bakar Berkualitas

Indonesia saat ini telah memproduksi minyak kelapa sawit sebanyak 46 juta ton per tahun.

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 01 Mei 2019, 12:45 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2019, 12:45 WIB
20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Liputan6.com, Bandung - Setelah Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis, Institut Teknologi Bandung (TRKK-ITB) berhasil menemukan teknologi terbarunya untuk mengubah minyak sawit menjadi bahan bakar non-fosil (nabati) dengan katalis, ternyata membuat gempar di beberapa negara di Eropa

"Baru dikoar-koar begitu saja bahwa sawit Indonesia akan diserap oleh Pertamina dan ITB sebagai energi, mereka panik karena ternyata sawit di Indonesia telah dapat diolah dan diserap sendiri," ujar salah satu akademisi Reaksi Kimia dan Katalis Institut Teknologi Bandung (ITB), IGB Ngurah Makertiharta, di Bandung, seperti ditulis Rabu (1/5/2019).

Ia juga menambahkan, inovasi terbaru ini dilakukan karena melimpahnya minyak sawit di Indonesia karena Eropa telah menolak dan mengurangi pemakaian minyak sawit Indonesia.

Namun demikian, Makertiharta menyatakan ternyata tidak semua pelaku pengusaha Eropa tidak melarang sawit Indonesia 100 persen, selalu ada konflik kepentingan.

Sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia saat ini telah memproduksi minyak kelapa sawit sebanyak 46 juta ton per tahun.

Akan tetapi, baru tiga juta ton per tahun yang dapat diolah menjadi PKO (Palm Kernel Oil). Untuk itu, saat ini banyak kementerian dan pengusaha swasta yang memberikan dukungan kepada ITB guna mengembangkan lebih jauh inovasi ini.

Ia  mengatakan, jika inovasi bahan bakar nabati yang berasal dari minyak sawit ini bahkan juga telah dilakukan oleh Eropa di Singapura dengan menggunakan bahan baku sawit dari Indonesia.

"Pabrik untuk menghasilkan drop in diesel di Singapura punya-nya Eropa, tapi dia buat pabrik di Singapura dibawa sawit ke Singapura dijual di Eropa dan Singapura. Kenapa kita tidak lakukan juga?" ujar dia.

Ia menuturkan,  jika industri ini dikembangkan harga sawit rakyat juga dapat meningkat karena bisa diserap untuk sektor energi 

"Impact-nya apa? industri bisa jadi buffer, harga sawit rakyat turun ambil saja untuk energi, habis itu sawit rakyat harganya naik lagi," ujar dia.

 

ITB Targetkan Pabrik Katalis Merah Putih Beroperasi pada 2020

20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Sebelumnya, Institut Teknologi Bandung (ITB) menargetkan pembangunan pabrik Katalis Merah Putih selesai pada awal 2020. Katalis Merah Putih merupakan bahan yang dapat mempercepat dan mengarahkan reaksi kimia.

Ahli Teknologi Reaksi Kimia dan Katalis, Prof. Dr. Subagjo mengatakan, setelah menemukan inovasi teknologi terbarunya dalam pengolahan industri minyak dari minyak sawit, ITB khususnya Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis Institut Teknologi Bandung (TRKK-ITB) mendapatkan bantuan dana dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Bantuan ini ditujukan untuk memperkuat inovasinya untuk memuat materi industri produk katalis sebagai pengajaran.

Tidak hanya mendapatkan bantuan dari Kemenrisetdikti, ITB juga telah berhasil mendapatkan mitra dari pihak swasta yaitu PT Pupuk Kujang untuk pembangunan pabrik katalis merah putih pertama di Indonesia.

"Sekarang akan mulai direalisasikan, kita bekerjasama dengan Kujang serta lokasinya akan di sekitar pabrik Kujang di daerah Cikampek," ujar dia di Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Selasa, 30 April 2019.

Pabrik ini nantinya diharapkan akan dapat memenuhi sebagian kebutuhan katalis untuk industri minyak, kimia dan petrokimia serta industri oleokimia. Rencana groundbreaking pun akan dilakukan pada 17 Agustus 2019 mendatang.

"Kami berharap mungkin awal tahun depan sudah beroperasi. Bangunannya sudah ada, harus secepat mungkin dengan bangunan yang ada dan dari peralatan pabrik katalis mini yang kita punya bisa diterapkan," jelasnya.

Subagjo menambahkan pembangunan pabrik ini adalah strategi yang terbaik. Pasalnya, saat ini sudah sekitar 60 persen katalis sudah tidak diperjualkan secara bebas. Namun 40 persen masih diperjual belikan secara bebas.

Sehingga pabrik katalis yang dikembangkan melakui kerjasama ini akan sangat membantu dan lebih lagi pabrik ini juga akan 100 persen menjadi milik negeri sendiri, serta melalui pabrik ini juga sebagai cara untuk membuat Indonesia mandiri dalam teknologi proses serta ketahanan energi

 

Jadi Produk Bernilai Tinggi

Buah kelapa sawit
Buah kelapa sawit. (iStockphoto)

Sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia, tidak heran jika Indonesia terus berupaya untuk mengolah sumber daya alamnya yang berlimpah ini. Saat ini Indonesia telah berhasil mengembangkan energi terbaru berbasis minyak nabati, yang berasal dari minyak sawit.

Salah satu bahan utama selain minyak sawitnya sendiri yaitu, katalis atau bahan yang dapat mempercepat dan mengarahkan reaksi kimia. Katalis ini juga dikenal dengan nama Katalis Merah Putih. Sebagai bahan yang dapat membuat minyak sawit dapat diubah menjadi bahan bakar nonfosil dengan kualitas tinggi.

"Tanpa katalis, minyak sawit tidak bisa berubah tetap seperti itu," ujar ahli Teknologi Reaksi Kimia dan Katalis, Prof. Dr. Subagjo di Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Selasa, 30 April 2019.

Bahan bakar nabati yang dihasilkan dari proses ini adalah bahan bakar yang bersifat drop-in, yang berarti bahan bakar ini dapat dipakai dalam mesin bakar secara langsung tanpa harus dicampur dengan bahan bakar fosil.

Setelah diuji minyak sawit yang telah diolah dengan katalis ini hasilnya sangat persis, dengan senyawa yang ada pada energi fosil.

"Senyawanya sama persis seperti energi fosil," ujar dia.

Energi yang dihasilkan ini diberi nama sesuai dengan jenis nya yaitu jika bensin menjadi bensin nabati, diesel menjadi diesel nabati dan avtur juga jadi avtur nabati.

 

Selanjutnya

20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Keberadaan katalis ini tentu menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi Indonesia khususnya industri minyak. Karna mengingat begitu banyak minyak sawit yang ada di Indonesia namun belum dimanfaatkan dengan sangat baik.

Saat ini produksi Palm Oil (PO) Indonesia berjumlah 46 juta ton per tahun, sementara produksi Palm Kernel Oil (PKO) hanya sebesar 3 juta ton per tahunnya.

Tentunya pengembangan katalis merah putih dan produksi pengolahan minyak sawit dengan katalis ini menjadi solusi bagi NKRI untuk mengurangi defisit anggaran indonesia dan sebagai substitusi sumber bahan bakar nasional.

Untuk itu, Subagyo berharap agar pemerintah dapat mempercepat pembangunan pabrik katalis milik Indonesai sendiri, karena ini bakal menjadi kunci untuk kemandirian Indonesia dalam bidang teknologi dan pertahanan energi nasional.

Sebagai tambahan informasi, katalis Merah Putih ini telah diuji di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis, Institut Teknologi Bandung (TRKK-ITB). Penelitian ini ternyata telah dilakukan sejak lama yaitu 1982.

Tidak hanya itu saja, TRKK-ITB juga telah berhasil mengembangkan beberapa katalis untuk pengolahan minyak mentah dan produksi bahan bakar nabati, dan proses produksi bahan bakar nabati dari minyak sawit. Beberapa katalis pengolahan minyak bumi yang dikembangkan bersama dengan PT Pertamina (Persero) bahkan telah dikomersialkan dan juga telah digunakan di berbagai kilang milik Pertamina. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya