BI Tahan Suku Bunga, Rupiah Melemah Sambut Akhir Pekan

Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Mei 2019, 13:36 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2019, 13:36 WIB
Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Teller tengah menghitung mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berada di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir pekan ini usai Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di level enam persen.

Mengutip kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah melemah 11 poin terhadap dolar AS dari posisi 14.458 menjadi 14.469 pada Jumat 17 Mei 2019.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka turun 9 poin ke posisi 14.460 per dolar AS dari penutupan kemarin di kisaran 14.451 per dolar AS. Pada Jumat siang, rupiah bergerak di kisaran 14.465 per dolar AS. Rupiah berada di posisi 14.460-14.465 per dolar AS sepanjang Jumat pekan ini.

Ekonom Samuel Asset Manajemen, Lana Soelistianingsih menuturkan, saat ini mulai berkembang spekulasi BI akan menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yagn akan tertekan karena defisit neraca dagang yang melembar.

"Namun, menurunkan suku buunga kebijakan yang efektif untuk mengurangi defisit. Kami perkirakan BI belum mengubah stance kebijakan suku bunganya dalam waktu dekat,” ujar Lana, demikian mengutip dari laman Antara, Jumat (17/5/2019).

Dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI pada Kamis 16 Mei 2019, bank sentral menilai suku bunga acuan saat ini masih mampu mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian pasar keuangan yang kembali meningkat.

Dari eksternal, China mulai membalas tekanan dagang dari Amerika Serikat dengan menjual obligasi AS yang dimiliki negeri tirai bambu tersebut.

"Antisipasi terhadap konflik dagang yang menguat telah dilakukan China dengan mulai mengurangi posisinya pada obligasi pemerintah AS pada Maret 2019 lalu,” tutur dia.

Kepemilikan China pada obligasi pemerintah turun menjadi USD 1,12 triliun pada Maret 2019, terendah sejak Mei 2017.

Posisi China itu tercatat sebesar 32 persen dari total kepemilikan asing pada obligasi pemerintah AS dari negara Asia, dan 17,3 persen dari total kepemilikan asing pada obligasi pemerintah AS yang sebesar USD 6,47 triliun.

Lana menuturkan, rupiah masih akan berada dalam penjagaan BI di kisaran 14.430 per dolar AS-14.450 per dolar AS.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Sebab Rupiah Melemah ke Posisi 14.453 per Dolar AS

Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Rupiah dibuka di angka 13.355 per dolar AS, melemah tipis dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.341 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) melemah dalam beberapa hari terakhir. Hari ini Rupiah bahkan menyentuh angka 14.453 per dolar AS.

Senior Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, pelemahan nilai tukar ini disebabkan oleh faktor musiman yaitu pembayaran dividen dan bunga utang luar negeri pada triwulan II.

"Disebabkan pada faktor musiman pembayaran deviden dan bunga utang luar negeri pada triwulan kedua," ujar Andry di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu, 15 Mei 2019.

Andry mengatakan selain karena pembayaran dividen dan utang, pelemahan Rupiah juga dipengaruhi peningkatan impor barang konsumsi menjelang Ramadan.

"Penyebab lain yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatnya tensi perang dagang antara AS dan Tiongkok," kata Andry.

Perang dagang, kata Andry, menyebabkan terjadinya arus modal keluar instrumen investasi safe haven yang ditandai dengan menurunnya IHSG serta meningkatnya imbal hasil SBN bertenor 10 tahun.

"Menurut kami volatilitas nilai tukar tersebut hanya bersifat sementara dan kami memprediksi pada akhir tahun ini nilai tukar Rupiah akan berada pada kisaran Rp14.248 per USD," tandasnya.

 

Rupiah Merosot Sepanjang Mei

20161213-Antrean-Uang-Baru-AY1
Beberapa pecahan uang baru yang sudah dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang dapat ditukarkan di Blok M, Jakarta, Senin (19/12). Sedangkan uang rupiah logam terdiri atas pecahan Rp 1.000, Rp 500, Rp 200, dan Rp 100. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) mencatat depresiasi atau pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS (USD) terjadi pada rupiah selama Mei 2019. Padahal, pada bulan sebelumnya rupiah tercatat menguat.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan nilai tukar rupiah melemah pada Mei 2019 dipengaruhi dampak ketidakpastian global serta pola musiman peningkatan permintaan valas (valuta asing).

"Nilai tukar rupiah pada 15 Mei 2019 tercatat melemah 1,45 persen secara point to point dibandingkan dengan level akhir April 2019 dan 1,36 persen secara rerata dibandingkan rerata April 2019," kata dia saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei, di kantornya, Kamis, 16 Mei 2019.

Dia menjelaskan, nilai tukar rupiah yang melemah pada Mei 2019 tidak terlepas dari pengaruh sentimen global terkait eskalasi perang dagang sehingga memberikan tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Selain itu, pola musiman peningkatan permintaan valas untuk kebutuhan pembayaran dividen nonresiden turut memengaruhi pelemahan rupiah.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar rupiah akan bergerak stabil dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga sejalan dengan prospek NPI 2019 yang membaik," ujarnya.

"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun valas," ia menambahkan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya