Suku Bunga Acuan BI Diprediksi Hanya Turun 25 Bps di 2019

HIngga akhir 2019, suku bunga acuan Bank Indonesia diperkirakan hanya turun 25 basis poin.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mei 2019, 18:45 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2019, 18:45 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Senior Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, Bank Indonesia (BI) memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan tahun ini. Bank sentral itu, diprediksi hanya akan menurunkan 25 basis poin dari suku bunga acuan saat ini di level 6 persen.

"Kami melihat terdapat ruang bagi BI untuk memangkas BI-7DRRR pada akhir tahun ini sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen," ujar Andry saat memberi keterangan pers di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (15/5/2019).

Andry Asmoro melanjutkan, terdapat tiga faktor yang menentukan arah pergerakan BI-7DRRR, yakni tingkat inflasi, pergerakan suku bunga acuan the Fed, dan posisi neraca pembayaran yang berhubungan dengan current account deficit (CAD).

Untuk inflasi sendiri, sampai dengan April 2019 tingkat inflasi masih sangat stabil dan terjaga, kemudian pergerakan suku bunga The Fed juga telah memberikan sinyal positif. Hasil pertemuan FOMC Maret 2019 lalu telah mengindikasikan bahwa the Fed tidak akan menaikkan FFR di tahun ini.

"Arah kebijakan the Fed yang lebih dovish tersebut memberikan dampak positif bagi pasar keuangan global, seperti terlihat dari aliran modal asing yang telah kembali masuk ke negara-negara Emerging Market, termasuk Indonesia," jelas Andry.

 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Selanjutnya

Ilustrasi Bank Indonesia
Ilustrasi Bank Indonesia (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Faktor terakhir juga mendukung ruang pemotongan BI-7DRRR pada tahun ini. CAD dilaporkan telah menyusut dari 3,59 persen terhadap PDB pada kuartal IV/2018 menjadi 2,60 persen terhadap PDB pada kuartal I/2019.

"Seiring dengan terus membaiknya neraca perdagangan barang, kami memperkirakan CAD akan berkurang menjadi pada kisaran 2,6 persen terhadap PDB pada 2019," tandasnya.

Likuiditas Ketat, BI Perkuat Strategi Operasi Moneter

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Bank Indonesia (BI) memandang tantangan pengelolaan likuiditas semakin meningkat di tahun 2019. Hal ini sejalan dengan berbagai faktor struktural yang mempengaruhi ke depannya.

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah menyebutkan ada tiga faktor yang sangat berpengaruh terhadap kondisi likuiditas yaitu pertama adalah kondisi global yang semakin dinamis dan mempengaruhi arus lalu lintas modal. Kemudian perubahan pola belanja penerimaan dan belanja pemenntah.

"Dan peningkatan kebutuhan uang kartal yang dipengaruhi oleh faktor musiman," kata dia dia Gedung BI, Jakarta, Senin (6/5/2019).

Dia melanjutkan, potensi pengetatan likuidltas jangka pendek dapat terjadi mengingat struktur mikro pasar uang yang sangat segmented, dimana likuiditas tidak terdistribusi secara merata pada sistem perbankan.

Oleh karena itu, BI selaku bank sentral mulai aktif melakukan beberapa upaya guna menjaga ketersediaan likuiditas perbankan.

"Bank Indonesia mulai aktif melakukan ekspansi moneter sejak pertengahan 2018 dan mulai mengaktifkan OPT (Operasi Pasar Terbuka) ekspansi secara reguler sejak Januan 2019," ujarnya.

Penguatan strategi operasi moneter dijelaskannya dilakukan tanpa mempengaruhi atau melakukan perubahan stance kebijakan moneter.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya