Liputan6.com, Jakarta Setelah terdepresiasi terhadap Dolar Amerika Serikat, Rupiah kembali merangkak naik. Hari ini Rupiah dibuka pada level 14.440 per USD atau menguat tipis dibanding penutupan kemarin Rp 14.480 per USD.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyebutkan penguatan nilai tukar rupiah dimulai sejak kemarin atau sesudah adanya aksi 22 Mei. Pada hari tersebut, Rupiah tercatat menguat 0,45 persen.
"Hari ini Alhamdulillah nilai tukar menguat, kemarin itu Rupiah mengalami penguatan ditutup kemarin 14.455-14.465 atau menguat Rp 65 kemarin yaitu 0,45 persen dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya 14.520," kata Perry di Mesjid BI, Jakarta, Jumat (24/5/2019).
Advertisement
Perry mengatakan Rupiah terus melanjutkan penguatannya pada hari ini dengan pergerakan yang cukup stabil di pasar.
"Alhamdulillah, Rupiah dalam 3 hari terakhir itu mengalami penguatan dan cenderung stabil itu menunjukkan bahwa pasar pasar uang pasar valas (valuta asing) itu bergerak normal ya, berjalan normal," ujar dia.
Selain itu, dia menyebutkan, kepercayaan para investor terhadap kondisi pasar di Indonesia masih cukup tinggi. "Confident asing itu dan para pelaku usaha itu membaik, kami juga pantau dan sekaligus terima kasih para pengusaha khususnya eksportir dan kawan perbankan juga aktif di dalam pasar valas sehingga itu mendukung pergerakan nilai tukar yang stabil dan mengalami penguatan," ujarnya.
Dia menegaskan BI akan terus berada di pasar untuk menjaga dan melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai fundamental.
"BI pastikan akan terus berada di pasar dan akan melakukan langkah-langkah stabilisasi sesuai fundamental, apabila diperlukan baik melalui intervensi di valas maupun pembelian SBN dari pasar sekunder," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Sri Mulyani Yakin Ekonomi Indonesia Tetap Baik Usai Aksi 22 Mei
Menteri keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, kondisi ekonomi dalam negeri tetap baik usai aksi 22 Mei yang menyasar Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Menurutnya, pelaku usaha tetap percaya ekonomi Indonesia mampu dijaga pemerintah. "Sampai hari ini, masyarakat dan pelaku usaha dan kemarin sore saya hadir undangan bukber oleh Apindo, mereka sengaja tanggal 22 Mei untuk tunjukan bahwa mereka percaya dan confidence bahwa ekonomi Indonesia pasca pengumuman adalah tetap baik," ujar Sri Mulyani di Kantornya, Jakarta, Kamis (23/5/2019).
Baca Juga
Dia melanjutkan, pandangan pelaku usaha tersebut adalah pandangan yang benar dan harus dipertahankan. Dia juga mengajak semua pihak agar percaya aparat kepolisian mampu menjaga keamanan dan kedamaian dalam negeri.
"Saya rasa itu adalah pandangan yang benar dan harus tetap dipertahankan karena kita percaya bahwa aparat penegak hukum akan bisa menangani sesuai peraturan perundang-undangan yang mengatur kita semua di republik ini," jelasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, sejauh ini seluruh indikator perekonomian menunjukkan kinerja positif. Terkait kerusuhan yang sempat terjadi, menurutnya, hal tersebut sudah diantisipasi oleh pelaku usaha.
"Kalau kita lihat semua indikator di dalam negeri, semuanya lebih positif. Sedangkan yang terjadi kerusuhan di dalam negeri, memang seluruh investor, pelaku ekonomi, sebetulnya sudah memahami bahwa pengumuman KPU dan pemenang itu melalui berbagai macam indikator mereka sudah antisipasi," tandasnya.
 Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Penanganan Aksi 22 Mei Bakal Jadi Penentu Arus Investasi ke Indonesia
Penanganan aksi demo terkait Pemilu dinilai jadi penentu arus investasi masuk ke Indonesia. Saat ini investor masih wait and see usai terjadi kericuhan saat aksi demonstrasi di depan Kantor Bawaslu, Jakarta.
Investor masih mencermati langkah yang dilakukan para pejabat negara untuk membuat kondisi Jakarta lebih kondusif.
"Saya kira investor belum akan memberikan kesimpulan soal persepsi, sampai hari ini investor masih dalam posisi wait and see lah. Investor akan melihat sejauh mana mitigasi oleh pemerintah dan para elit agar konflik tak melebar," kata Ronny kepada Liputan6.com, Kamis (23/5/2019).
Isu yang berkembang saat ini, kata Ronny, masih bersifat politis. Belum sampai mengganggu kegiatan ekonomi secara nasional.
Memang, untuk wilayah DKI Jakarta kegiatan ekonomi sedikit terganggu, namun situasi ini hanya bersifat sementara.
"Jadi di mata investor, saya kira, aksi-aksi ini sifatnya hanya termporal. Persepsi bisnis dan ekspektasi investasi masih positif saya kira. Namun jika aksi-aksi seperti itu berlangsung lama, maka peluangnya merembes ke ranah ekonomi akan muncul. Setidaknya sampai hari ini, sudah mulai ada titik temu di antara kalangan elit," dia menambahkan.