Menko Darmin Yakin Pelemahan Rupiah Cuma Sementara

Pelemahan nilai tukar rupiah juga disebabkan oleh adanya rencana Amerika Serikat mengenakan tarif impor baru kepada China.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Agu 2019, 17:34 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2019, 17:34 WIB
20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah ke posisi 14.212 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan Jumat ini. Sepanjang perdagangan hari ini, rupuah bergerak di kisaran 14.179 per dolar AS.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pelemahan rupiah dipicu oleh pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell, yang memberi sinyal tak lagi menurunkan suku bunga acuan.

"Ini karena orang terpengaruh saja dengan orasi yang ini. Nanti juga dia balik lagi," ujar Darmin di Kantor Kementerian Koordintor Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/8/2019).

Darmin melanjutkan, pelemahan nilai tukar rupiah juga disebabkan oleh adanya rencana Amerika Serikat mengenakan tarif impor baru kepada China. Meski demikian, pengaruh pernyataan ini tidak terlalu besar.

"Saya lebih cenderung menganggap itu (Pernyataan Jerome Powell), karena kalau semuanya bilang itu adalah pengaruhnya the Ted. Tapi juga adalah pengaruhnya Amerika," jelasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Strategi Bank Indonesia

Rupiah Menguat di Level Rp14.264 per Dolar AS
Pekerja menghitung mata uang Dolar AS di jasa penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) memastikan sudah melakukan tiga intervensi (triple intervention) di pasar spot, pasar obligasi dan Domestik Non-Deliverable Forward (DNDF/pasar berjangka valas) pada Jumat ini untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Untuk diketahui, rupiah mengalami tekanan cukup dalam setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait penaikkan kembali tarif perdagangan dengan China.

"Kami sudah intervensi di spot, pasar obligasi dan DNDF," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah saat dihubungi Antara di Jakarta, Jumat.

Pernyataan Nanang tersebut menanggapi upaya Bank Sentral untuk mengantisipasi depresiasi rupiah pada perdagangan akhir pekan ini. Pada pembukaan pasar di Jumat, nilai tukar rupiah di pasar spot bergerak melemah hingga 91 poin atau 0,65 persen menjadi Rp14.209 per dolar AS.

Di kurs tengah Bank Indonesia, kurs rupiah tertekan hingga Rp14.203 per dolar AS atau level terlemah sejak 20 Juni 2019.

Nanang menyebutkan pelemahan rupiah ini hanya sementara karena sentimen pelaku pasar menyikapi pernyataan Presiden Trump.

"Depresiasi timbul di pasar tapi ini hanya sementara, ' setelah rencana Trump memberlakukan tarif baru dalam perdagangan dengan China," tambahnya.

Untuk diketahui, Donald Trump, presiden negara adidaya yang juga berlatar belakang pengusaha properti, pada Kamis, melontarkan cuitan di media sosial Twitter bahwa pihaknya akan memberlakukan tarif baru pada impor barang-barang China, yang dia sebut sebagai upaya melindungi ekonomi AS dari risiko kebijakan perdagangan global.

Ancaman Trump tersebut cukup mengejutkan karena delegasi pemerintah AS baru saja kembali dari negosiasi dagang di Shanghai, China, yang dinilai pasar sebagaib perundingan yang disebut cukup konstruktif. Namun pernyataan Trump membuat tensi konflik dagang kembali meningkat.

Dalam serangkaian cuitannya Trump mengatakan ia akan mengenakan tarif 10 persen pada 300 miliar dolar AS impor China mulai 1 September 2019. Dia merasa tidak puas dengan proses negosiasi perdagangan antara kedua negara adidaya yang selama ini dipandang pasar akan menghasilkan dampak positif.

Padahal sebelumnya, AS sudah mengenakan tarif 25 persen pada 250 miliar dolar AS impor China yang bertujuan untuk menekan ekonomi terbesar kedua dunia itu. Pengenaan tarif itu juga dinilai sebagai gertakan AS agar China menyepakati kesepakatan perdagangan yang sedang dirancang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya