Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Wahyu Utomo turut mengomentari kejadian listrik padam. Menurut dia, insiden yang terjadi pada Minggu (4/8) merupakan suatu peringatan atau warning untuk Indonesia.
Dia mengatakan, insiden tersebut menunjukkan betapa pasokan listrik yang terjaga memang dibutuhkan. Karena itu harus dijaga keandalannya.
"Menurut saya ya ini menjadi warning buat kita semua, bahwa sistem pengamanan terhadap listrik ini kan harus kita lihat benar-benar," kata dia, saat ditemui, di Hotel Meridien, Jakarta, Selasa (6/8/2019).
Advertisement
Baca Juga
Apalagi, lanjut dia, saat ini ketergantungan masyarakat terhadap listrik sangat besar. "Karena ketergantungan kita terhadap listrik ini kan bukan main, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk sistem transportasi kita," ungkapnya.
Karena itu, evaluasi dan perbaikan terutama dari pihak PT PLN (Persero) sebagai penyedia pasokan listrik harus dilakukan. Supaya insiden serupa tidak lagi terjadi.
"Jadi tentu kami akan lihat kembali ya dengan teman-teman PLN untuk memastikan pasokan listrik ini jangan seperti yang kemarin lagi," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sektor Informal Paling Terpukul Akibat Mati Lampu
 Pemadaman listrik massal di wilayah Jabodetabek dan sebagian Jawa sejak Minggu kemarin banyak menggangu jalannya kegiatan ekonomi. Akibatnya, banyak pelaku bisnis yang mengandalkan pasokan listrik hingga teknologi digital seperti e-commerce yang kegiatan usahanya terganggu.
Namun begitu, Ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah Redjalam berpendapat, kerugian finansial yang lebih besar justru menimpa pelaku bisnis di sektor informal hingga Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ketimbang sektor e-commerce.
"Saya belum punya hitungan berapa besar kerugiannya. Tapi saya kira kerugian e-commercetidak lebih besar atau bahkan jauh lebih kecil daripada kerugian sektor informal, UMKM, dan sebagainya," ungkap dia kepada Liputan6.com, Senin (5/8/2019).
Pertimbangannya, ia melanjutkan, pemadaman listrik besar-besaran itu terjadi pada hari Minggu, dimana sektor formal kebanyakan libur dan tidak berproduksi.
Â
Advertisement
Tutup Lebih Cepat
Sebaliknya, pelaku di sektor informal banyak yang harus menutup kegiatan usahanya secara lebih cepat gara-gara tak ditopang oleh pasokan listrik semenjak Minggu siang.
"Kalaupun pabrik-pabrik ada yang berproduksi, biasanya di-backup dengan genset sehingga tidak terlalu terpengaruh. Berbeda dengan sektor UMKM informal, umumnya restoran dan warung-warung, tempat hiburan," tutur dia.
Piter mengatakan, hal itu kemudian sangat menganggu jalannya bisnis sektor informal pada akhir pekan, lantaran banyak pelaku usahanya yang tidak berbekal pasokan listrik cadangan seperti dalam bentuk genset.
"Mereka justru puncak pembeli ada di hari Minggu, sementara kebanyakan dari mereka tidak punya genset. Sehingga mereka benar-benar kehilangan pembeli," tukas Piter.