Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) menyambut positif pasca penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang dilakukan pada 22 Agustus 2019 lalu.
Presiden Direktur ASII Prijono Sugiarto mengatakan, pemangkasan suku bunga BI pada dasarnya harus disiasati dengan baik oleh para pelaku pasar.
Advertisement
Baca Juga
"Untuk outlook 2020 saya selalu katakan kami optimis, karena BI sudah turunkan repo rate, ini kan sinyal harus disiasati dengan baik," tuturnya di Jakarta, Senin (26/8/2019).
Prijono melanjutkan, dampak penurunan suku bunga acuan BI memang tidak bisa dirasakan dalam jangka pendek. Tetapi hal ini dapat dilihat pengaruhnya di semester II-2019.
"Memang tak langsung berdampak karena setengah tahun ini bisa dilihat 4 roda masih mengalami kesulitan, tapi setengah tahun kedepan kita masih tunggu," ujarnya.
Sebagai informasi saja, BI pada 22 Agustus 2019 memutuskan kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekonomi Melambat, Bank Sentral Dunia Ramai-Ramai Pangkas Suku Bunga
Perlambatan ekonomi global membawa tren pada penurunan suku bunga atau kebijakan yang sifatnya lebih longgar dari bank sentral global atau The Fed.
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan mengatakan, banyaknya ketidakpastian di pasar global terkait konflik dagang, geopolitik, hingga kebijakan suku bunga menekan sentimen bisnis dan tingkat inflasi global.
"Inflasi yang rendah dan terus berada di bawah target membuat The Fed mengubah postur kebijakannya menjadi lebih akomodatif. Kondisi ini menciptakan lower rate for longer (tingkat suku bunga di level rendah secara berkepanjangan)," tuturnya di Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Oleh sebab itu, lanjut dia, pemotongan suku bunga The Fed akan membawa mayoritas bank sentral dunia untuk ikut melanjutkan pelonggaran moneter.
"Pelonggaran moneter global akan memberikan dukungan bagi perekonomian global dan Indonesia di paruh kedua 2019, terutama jika tensi dagang AS-China ada perbaikan," ujarnya.
"Selain itu, penurunan Fed Rate akan menopang pasar saham global terutama negara berkembang karena secara historis, 245 hari setelah penurunan suku bunga 1989, 1995, 1998, 2001 dan 2007 pasar saham Asia menunjukan kinerja yang lebih tinggi secara rata-rata dibandingkan pasar AS (S&P 500), yaitu 19,9 persen dibanding 6,7 persen," tambahnya. Â
Advertisement