Menunggu Suku Bunga BI, Rupiah Menguat Tipis

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.226 per dolar AS hingga 14.247 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Agu 2019, 12:31 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2019, 12:31 WIB
20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tipis pada perdagangan Kamis ini. Pelaku pasar menunggu hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang akan menentukan arah suku bunga acuan.

Mengutip Bloomberg, Kamis (22/8/2019), rupiah dibuka di angka 14.230 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.243 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.226 per dolar AS hingga 14.247 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 1 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.234 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.259 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah menguat tipis menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI. "Rupiah stabil di tengah penantian pasar terhadap rapat bulanan Bank Indonesia (BI) pada hari Kamis ini, guna untuk menentukan suku bunga acuan," kata Direktur Utama Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi dikutip dari Antara.

Ia memprediksi Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75 persen.

"Melihat kondisi saat ini BI diperkirakan akan berhati-hati dan menahan diri dari penurunan suku bunga seraya terus mengamati kondisi global akibat dari perang dagang yang kemungkinan masih akan terjadi sampai tahun 2020," katanya.

Dalam transaksi hari ini, ia memproyeksikan, rupiah kemungkinan akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat tipis karena pasar menunggu hasil dari pertemuan Bank Indonesia. Rupiah akan bergerak di kisaran 14.200 per dolar AS hingga 14.300 per dolar AS.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra mengatakan pergerakan rupiah masih dibayangi oleh sentimen perang dagang menyusul komentar Donald Trump mengenai sikap pemerintahnya akan tetap menekan China walaupun merugikan perekonomian AS.

"Trump menyatakan perekonomian AS sudah sudah dicurangi oleh pemerintah China selama beberapa dekade," katanya.

Menurut dia, komentar Trump itu memberi sinyal bahwa dampak negatif bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah masih akan terasa ke depannya, sentimen perang dagang akan membuat dolar AS tetap diuntungkan dengan situasi itu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pemerintah Prediksi Rupiah Melemah ke 14.400 per Dolar AS di 2020

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller menunjukkan mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan melemah pada tahun depan. Hal tersebut terjadi karena adanya gejolak ekonomi dunia.

Dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa target ekonomi masih akan tinggi, tetapi untuk nilai tukar rupiah akan melemah.

Ia menyebut target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 adalah 5,3 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan ditekankan pada sektor konsumsi. 

"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat," ujar dia.

Jokowi menyebut nilai tukar rupiah akan melemah menuju 14.400 per dolar AS. Ia menyebut hal itu diakibatkan kondisi ekonomi global yang volatile alias penuh ketidakpastian.

Meski sedang ada disrupsi dagang, Jokowi yakin Indonesia akan tetap menjadi primadona investasi. Pasalnya, Indonesia memiliki telah mendapatkan citra positif dan iklim investasi akan terus dijaga.

"Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi," ujar Jokowi.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya