Harga Anjlok, Ratusan Peternak Ayam Gulung Tikar

Peternak alami kerugian akibat anjloknya harga ayam hidup.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Sep 2019, 18:44 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2019, 18:44 WIB
Peternak di Depok Ungkap Penyebab Tingginya Harga Telur Ayam
Pekerja mengumpulkan telur dari peternakan ayam di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (23/7). Tingginya harga telur ayam di pasaran karena tingginya permintaan saat lebaran lalu yang berimbas belum stabilnya produksi telur. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Ratusan peternak ayam terpaksa gulung tikar akibat mengalami kerugian. Kerugian tersebut merupakan imbas dari anjloknya harga ayam di tingkat peternak.

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia, Singgih Januratmoko mengatakan, selama lebih dari setahun terakhir para peternak mengalami kerugian akibat anjloknya harga ayam.

"(Jumlahnya ratusan peternak) Iya. Kita sudah mengalami kerugian 13 bulan. Dampaknya banyak peternak yang sudah tutup usaha karena mengalami kerugian yang banyak," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (6/9/2019).

Menurut dia, peternak yang gulung tikar tersebut terbesar di sejumlah daerah, diantaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan.

"Banyak peternak ayam yang menumpuk utang dan kesulitan permodalan," ungkap dia.

Dampak dari penutupan tersebut, lanjut Singgih, banyak pekerja di sektor peternakan yang kehilangan pekerjaan. Namun dia belum mengetahui secara pasti jumlah pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ini.

"PHK tenaga kerja. (Data pekerja PHK) Tidak ada, (tapi) laporan dari teman-teman di daerah," tandas dia.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Peternak Ayam Diminta Tak Khawatir Kekurangan Pasokan Pakan

Tembus Rp 50 Ribu per Kg, Peternak Keluhkan Harga Bibit Ayam Fluktuatif
Peternak memberi makan ayam pedaging broiler di kawasan Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/7). Tingginya harga daging ayam juga dipengaruhi oleh kenaikan harga pakan yang masih import seiring kenaikan dolar terhadap rupiah. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjend PKH) terus meningkatkan produksi ayam potong untuk mendukung akselerasi ekspor dan ketahanan nasional. Salah satu upayanya antara lain dengan menggencarkan program upaya khusus (Upsus) jagung untuk kebutuhan pakan ternak.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, posisi Indonesia saat ini dalam keadaan surplus jagung pakan, sehingga mampu melakukan ekspor. Selain itu, peternak juga tidak perlu khawatir kekurangan pasokan pakan ternak. 

"Kita sudah membagikan bibit untuk ditanam petani seluas 3 juta hektar. Semuanya gratis tanpa dipungut biaya sepeser pun. Maka itu, bibit yang diberikan juga harus bagus supaya produktivitasnya mencapai 10 ton," ujar dia di Jakarta, Senin (15/7/2019).

Namun di sisi lain, kata Amran, mengurus pertanian tidak cukup tertuju pada komoditas jagung semata. Ada ratusan komoditas lain yang harus dijaga selama 24 jam setiap hari.

"Komoditas cabai saja ada 3, belum bawang, sawit dan yang lain. Tapi, intinya, soal jagung dulu kita impor 3,5 juta, sekarang kita sudah ekspor. Artinya ini kan ada kemajuan terkait apa yang sudah kita kerjakan. Termasuk juga kontribusi teman-teman kadin yang sudah bekerjasama dalam bentuk investasi," kata dia.

Bantuan Pakan Ternak

Harga Ayam Potong di Peternak Naik, Kementan Minta Masyarakat Tak Perlu Khawatir
Peternakan ayam.

Terkait hal ini, peternak mandiri ayam broiler asal Cianjur, Jawa Barat, Andi Sugimin mengaku merasakan betul upaya pemerintah dalam penyediaan dan bantuan pakan ternak. Khusus untuk bantuan, Andi menyebutnya sebagai bukti hadirnya pemerintah saat petani menghadapi kesulitan.

Menurut dia, salah satu kehadiran pemerintah yang sangat dirasakan peternak adalah bantuan jagung selama musim paceklik beberapa bulan lalu. Bantuan itu, kata dia, merupakan suplemen bagi peternak untuk menjaga semangat produksi.  

"Peternak kecil bisa jadi gulung tikar jika saat itu kondisi jagung tetap langka. Tapi kita berterima kasih pada pemerintah atas bantuan penyediaan jagung sehingga kami bisa melanjutkan produksi. Semoga ke depan bantuan jagung terus bertambah," katanya.

Meski demikian, Andi berharap pemerintah membatasi perizinan kuota perusahaan asing yang dinilai tidak seimbang baik dari sisi permodalan maupun alat yang digunakan. Menurutnya dalam hal ini pemerintah harus berani menolak izin usaha tersebut, sembari mengucurkan bantuan yang ada untuk peternak kecil.

"Kalau bisa populasi perusahan asing yang besar dibatasi supaya yang lokal bisa tumbuh. Kan mereka datang ke Indonesia dengan investasi besar dan infrastruktur yang bagus. Kalau bisa bersinergi lah supaya berbarengan. Apalagi mereka sudah menggunakan beragam teknologi," katanya.

Dia menambahkan, selama ini Amran dinilai cukup berani dalam mengambil kebijakan strategis di antaranya soal pembatasan impor bahan pangan hasil pertanian untuk melindungi petani di tanah air. Andi berharap Kementan juga menertibkan perusahaan-perusahaan di bidang peternakan ayam jika terbukti melakukan tidakan yang merugikan peternak lokal.

"Saya yakin masih ada perusahan besar yang nakal. Makanya pemerintah harus menginvestigasi perusahan yang ada di seluruh Indonesia," tutup dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya