Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti menyebut bahwa perang negara ke depan bukan lagi melalui ideologi maupun politik. Namun lebih kepada sektor sumber daya alam, yakni menyangkut mengenai ketahanan energi dan pangan.
"Dari sisi apa? Energi dan pangan. Dua ini akan menjadi sumber konflik dari negara dengan negara tetangganya," kata Menteri Susi saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Selasa (10/9/2019).
Advertisement
Baca Juga
Susi mengatakan dengan letak geografis secara garis ekuator dengan suhu yang hampir sama sepanjang tahun dan dilewati oleh 4 samudra membuat sumber daya alam yang ada di Indonesia berlimpah. Kondisi ini tentunya menguntungkan Indonesia sebagai negara maju.
"Ini membuat kayak dengan semua yang diperlukan sebagai pusat sumber daya alam yang sangat luar biasa. Bukan cuma ikan, minyak gas ada di lautan kita," kata dia.
Oleh karena itu, kedua sektor tersebut menjadi pusat perhatian oleh pemerintah. Di mana, pemerintah tengah melakukan upaya swasembada pangan dan mempercepat pertumbuhan energi terbarukan dan pengurangan energi fosil.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Apa Saja Prestasi Menteri Susi Selain Tenggelamkan Kapal?
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti menyindir balik pihak-pihak yang berkata dirinya hanya sibuk menenggelamkan kapal dan membuat sektor perikanan loyo. Susi berkata pihak yang mengucapkan hal itu adalah orang yang kurang membaca atau lupa.
"KKP menterinya kerjanya nembakin kapal, jadi pendapatan PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) rendah. PNBP kita sebelum 2014, pemerintahan Joko Widodo, PNBP KKP ini cuman Rp 300 miliar. Mulai tahun kemarin sudah mencapai hampir Rp 1 triliun," ujar Menteri Susi pada jumpa pers, Senin (9/9/2019) di Kementerian KKP, Jakarta.
Susi pun menyebut menenggelamkan kapal hanya berlangsung singkat saja. Acaranya pun hanya setahun sekali dan Susi hanya meneriakan komando 1, 2, 3. "Saya tidak nembak kapal. Hanya kasih komando 10 menit selesai," canda Susi Pudjiastuti.
BACA JUGA
Lebih lanjut, pendapatan pajak sektor perikanan pada 2014 hanya Rp 851 miliar, sementara tahun 2018 sudah Rp 1,6 triliun. Pertumbuhan PDB di sektor perikanan di Triwulan II 2019 juga naik menjadi 6,25 persen dari periode sama tahun lalu yaitu 4,83 persen.
Nilai Tukar Nelayan (NTN) juga meningkat dari 106,41 per 2015 menjadi 114,24 per Agustus 2019. Ekspor perikanan pada 2017-2018 juga menunjukan hasil positif, yakni volume ekspor naik 4,45 persen dan nilai ekspor naik 7,44 persen.
Selama periode 2015-2019, tren ekspor komoditas ikan cenderung meningkat per tahun: nilai ekspor udang naik 0,75 persen, tuna naik 7,5 persen, rajungan dan kepiting naik 2,92 persen, dan rumput laut naik 9,87 persen.
Angka konsumsi ikan nasional per kapita juga meningkat selama Menteri Susi menjabat. Pada tahun 2015 konsumsi ikan nasional hanya 41,11 kilogram per tahun dan tahun lalu sudah mencapai 50, 8 kilogram per tahun.
Advertisement