Pengamat: IHSG Merosot Bukan Akibat Demo Mahasiswa

Efek eksternal seperti negosiasi perang dagang disebut memberi pengaruh lebih besar ke IHSG.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 30 Sep 2019, 12:45 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2019, 12:45 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom membantah bahwa menurunnya performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah akibat dari aksi demo mahasiwaterhadap RUU KUHP dan UU KPK. Efek eksternal seperti negosiasi perang dagang disebut memberi pengaruh lebih besar ke pasar saham.

Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menyebut perang dagang masih on fire. Pasar saham yang melemah pun tak hanya di Indonesia, melainkan juga Nikkei dan Topix di Jepang, STI di Singapura, serta indeks Shanghai dan Shenzhen di China.

"Memang pelaku pasar masih menantikan awal Oktober, dimulainya kembali negosiasi dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Tapi ada beberapa berita terbaru, di mana ada wacana dari pemerintah Amerika Serikat (AS) yang ingin membatasi investasi Amerika ke China, itu akhirnya bereaksi negatif dari pasar," ujar Josua kepada Liputan6.com, Senin (30/9/2019) di Jakarta.

Josua pun menepis dugaan bahwa demo mahasiswa akan menjadikan kondisi Indonesia seperti di Hong Kong yang memberi efek negatif ke perekonomian dan pasar saham. Josua menyebut kondisi Indonesia dan Hong Kong tidaklah apple-to-apple.

Josua menilai secara fundamental kondisi Indonesia masih baik dan isu yang berkembang tak serumit di Hong Kong. Investor pun akan tetap fokus pada fundamental yang baik tersebut.

Pemerintah dan DPR juga disebut tidak menolak permintaan mahasiswa dan sudah mendengar tuntutan untuk mengkaji RUU KUHP. Selain itu Josua mengapresiasi aparat keamanan yang dinilai cepat tanggap mengamankan situasi.

"Kemarin kan dari sisi pendemo di luar mahasiswa yang membuat kisruh. Keamanannya juga cukup kondusif. Ini jangan disangkutpautkan dengan Hong Kong. Hong Kong cukup kompleks. Dari sisi perang dagang, Hong Kong juga cukup dekat dengan China, sehingga perekonomian Hong Kong terpengaruh," jelas Josua.

Ia pun optimistis demo mahasiswa tidak akan berkepanjangan. Selain itu, ia berharap agar tidak ada provokator yang menginfiltrasi protes mahasiswa untuk tujuan politik, yakni terkait pelantikan presiden.

"Mestinya, saya pikir ini tidak akan berlangsung dalam tempo yang lama. Ini saya pikir sampai dengan pengesahan atau pelantikan nanti. Masalah ini, mendekati pelantikan ini, yang dipolitisir semua," pungkas Josua.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Aksi Demo Mahasiswa Tak Ganggu Kegiatan Ekonomi di Jakarta

Demo Mahasiswa di DPR Lumpuhkan Tol Dalam Kota
Mahasiswa memblokade Tol Dalam Kota saat berdemonstrasi menolak RUU KUHP dan revisi UU KPK di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa (24/9/2019). Sekitar pukul 15.00 WIB, mahasiswa yang berada di ruas Jalan Gatot Subroto memanjat tembok pembatas kemudian memadati Tol Dalam Kota. (merdeka.com/Arie Basuki)

Aksi demo mahasiswa terkait revisi UU KPK dan RUU KUHP yang berlangsung sejak Senin (23/9/2019) di Jakarta belum mengganggu kegiatan ekonomi di ibu kota. Namun demikian, aksi tersebut dikhawatirkan akan mengganggu iklim investasi jika berlangsung selama berhari-hari.

Ketua Umum DPD HIPPI DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, secara umum aksi unjuk rasa tidak mengganggu aktivitas bisnis dan ekonomi di Jakarta. Hal ini karena aksi demo mahasiswa hanya fokus di gedung DPR dan jauh dari pusat bisnis dan perdagangan.

"Hanya dari sisi investasi memang kita ada kekhawatiran karena demo mahasiswa ini terjadi di beberapa daerah, sehingga ini akan membuat kepercayaan investor menurun," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Terlebih, lanjut Sarman, akhir-akhir ini banyak kejadian di Tanah Air yang mendapat perhatian internasional seperti masalah Papua, sehingga pengusaha hal-hal seperti ini sangat mengganggu iklim investasi.

"Seharusnya paska Pilpres dan Pilleg kita harus mampu menjaga suasana Tanah Air yang aman dan nyaman, sehingga investor lebih yakin untuk masuk. Kalau suasana seperti ini mau tidak mau kita harus lebih kerja keras lagi meyakinkan investor agar mereka tidak takut dan ragu menanamkan modalnya di Indonesia," kata dia.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya