Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) menetapkan harga saham perdana Rp 5.550 per saham dalam rangka penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
Mengutip dari laman e-ipo, Kamis (28/11/2024), PT Adaro Andalan Indonesia Tbk menawarkan 778.689.200 saham dengan nilai nominal Rp 3.125 per saham dalam rangka IPO. Jumlah saham itu mewakili 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah IPO. Dengan harga saham perdana yang ditetapkan Rp 5.550, Perseroan akan perole dana Rp 4,32 triliun dalam rangka IPO.
Advertisement
Baca Juga
Perseroan akan memakai dana IPO antara lain sekitar 37,23 persen untuk keperluan pemberian pinjaman oleh Perseroan kepada anak usaha yakni PT Maritim Barito Perkasa untuk kegiatan investasi dan kegiatan korporasi lainnya yang mendukung aktivitas operasional. Sekitar 14,89 persen untuk pembayaran kembali atas sebagian pinjaman berdasarkan perjanjian pinjaman pada 3 Mei 2024 dengan PT Adaro Indonesia.
Advertisement
“Sisanya akan digunakan oleh Perseroan untuk pembayaran kembali kepada ADRO atas sebagian pokok atas pinjaman berdasarkan perjanian pinjaman pada 24 Juni 2024,” demikian seperti dikutip dari prospektus.
Perseroan telah menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Pemegang saham Perseroan setelah IPO antara lain masyarakat (pemegang saham ADRO) sebesar 43,12 persen, masyarakat sebesar 10 persen, Garibaldo Thohir sebesar 5,78 persen dan PT Adaro Strategic Investments (ASI) sebesar 41,10 persen.
Jadwal Penawaran IPO:
Tanggal efektif pada 26 November 2024
Masa penawaran pada 29 November 2024-3 Desember 2024
Tanggal penjatahan pada 3 Desember 2024
Tangal distribusi saham secara elektronik pada 4 Desember 2024
Tanggal pencatatan saham di BEI pada 5 Desember 2024
Tak Ada Periode Lock-Up, Begini Strategi IPO Adaro Andalan Indonesia
Sebelumnya, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) mengumumkan rencana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). IPO AADI ini setali dengan upaya spin off bisnis batu bara termal oleh perusahaan induk, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Investor diingatkan untuk mencermati strategi terkait saham ADRO dan AADI menjelang momen penting, yakni ex-dividen tambahan ADRO dan dan IPO AADI. Tim Riset Stockbit Sekuritas mencoba menganalisis opsi yang optimal bagi investor ADRO terkait aksi korporasi spin–off Adaro Andalan Indonesia melalui langkah IPO.
Pertama yakni cermati dari sisi valuasi, Analis Stockbit Sekuritas, Vivi Handoyo membedah dari sisi valuasi. Menurut dia, ketertarikan investor terhadap saham ADRO sangat tergantung pada apakah valuasi saat ini dianggap wajar.
"Skenario dasar (base-case) menunjukkan ADRO berpotensi dihargai di Rp 1.900 per saham, implied PE 6,6x untuk tahunan 1H24), sementara AADI diestimasi di Rp 10.900 per saham (PE 5x tahunan 1H24)," ulas Vivi dalam siaran ADRO & AADI 101: Intro, Scenario Analysis, Q&A, Jumat (23/11/2024).
Catatan saja, tidak ada periode lock-up bagi investor ritel yang berpartisipasi dalam program Penawaran Umum Terbatas (PUPS) atau IPO AADI. Sehingga jangan terkejut jika ADRO ARB pada tanggal ex-dividen pada 28 November 2024.
"Proses price discovery ADRO dan AADI di pasar akan volatil. Pasar mungkin bereaksi berlebihan terhadap penurunan harga ADRO setelah ex-dividen 28 November 2024, dan Anda hanya akan tahu bagaimana pergerakan saham AADI setelah IPO yakni pada 5 Desember 2024," beber Vivi.
Vivi mengingatkan agar tidak membeli ADRO hanya untuk mendapat dividen spesial. Jika investor memegang ADRO hingga tanggal ex-dividen 28 November 2024, menurut Vivi investor sebaiknya menebus hak PUPS untuk AADI guna mengimbangi penurunan harga saham ADRO.
Advertisement
2 Opsi
Sebelumnya Investment Analyst Stockbit, Hendriko Gani menyebutkan ada dua opsi bagi investor ADRO. Pertama, berpartisipasi pada penawaran umum oleh pemegang saham (PUPS) AADI.
Opsi ini kemudian dipecah pecah lagi ke dalam 3 skenario. Pada Base–case scenario, mengimplikasikan 5x PE untuk AADI dan 6,6x PE untuk ADRO. Lalu pada bull–case scenario, mengimplikasikan 5x PE untuk AADI dan 8,9x PE untuk ADRO.
"Sementara pada bear–case scenario, mengimplikasikan 5x PE untuk AADI dan 3,8x PE untuk ADRO," ulas Hendriko dalam risetnya.
IPO AADI dilakukan bersamaan dengan rencana pembagian dividen tambahan oleh Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). ADRO berencana melakukan pembagian dividen tambahan dividen tunai final dalam jumlah sebesar-besarnya sampai dengan USD 2,63 miliar. Dividen tambahan itu mengacu pada saldo laba perseroan per 31 Desember 2023.
"Berdasarkan perhitungan kami, investor ADRO yang menggunakan dividennya untuk berpartisipasi dalam PUPS AADI berpotensi lebih diuntungkan," kata Hendriko.
Prospek Saham
Harga saham ADRO kemungkinan besar akan turun setelah spin–off AADI dan pembagian dividen seiring berkurangnya potensi laba bersih setelah spin–off. Jika harga saham ADRO tidak mengalami penurunan setelah spin–off, maka ADRO berpotensi diperdagangkan pada valuasi 13,3x PE.
Sementara, harga saham AADI berpotensi mengalami re–rating ke level 5x PE, yang kami anggap sebagai level yang lebih wajar dan konservatif. Level 5x PE tersebut masih berada di bawah mean historis 5 tahun ADRO di level 6,9x PE, serta valuasi emiten batu bara lainnya seperti PTBA (7,7x PE FY24F annualized) dan ITMG (6,87x PE FY24F annualized).
Menggunakan skenario terburuk dalam bear–case scenario, di mana saham ADRO divaluasi hanya menggunakan 50% cash + 50% holding discount (setara 3,8x PE), investor berpotensi hanya membukukan kerugian -5,7%.
"Angka ini masih lebih kecil dibandingkan potensi kerugian jika investor tidak mengeksekusi PUPS AAI, yakni sekitar -14,9%," ujarHendriko.
Dalam jangka panjang, valuasi ADRO akan dipengaruhi sentimen market dan laba bersih dari pengembangan proyek smelter aluminium dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), yang masing–masing diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2025 dan tahun 2030. Opsi Tidak Berpartisipasi dalam IPO AADI.
Advertisement