Ini Usulan Kementan Atasi Kekeringan di Tanah Reog Ponorogo

Solusinya dapat dilakukan secara mandiri maupun melalui kelompok tani (poktan).

oleh stella maris pada 04 Okt 2019, 09:00 WIB
Diperbarui 04 Okt 2019, 09:17 WIB
Lahan pertanian kekeringan
Ilustrasi seorang petani mengamati lahan tanaman padinya yang kering kerontang.

Liputan6.com, Jakarta Sejak dua bulan terakhir, ribuan lahan di Kabupaten Ponorogo dilanda kekeringan. Oleh karena dampak alam itu, Kementerian Pertanian mencari solusi mengatasinya, yaitu dengan pompanisasi dan pipanisasi. 

Dengan dua solusi tersebut, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan pun mendukung pembuatan embung untuk kebutuhan sumber air. Tujuannya menyelamatkan potensi lahan persawahan dari potensi kekeringan.

"Pompanisasi bisa secara mandiri maupun melalui kelompok tani (poktan)," kata Plt Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Ponorogo Andi Susetyo, Kamis (3/10).

Andi mendorong sejumlah desa untuk memanfaatkan dana desa untuk membangun jaringan pompa air di lahan pertanian. Dia menyebut jika mengandalkan bantuan dari pemkab, jumlahnya juga terbatas. Solusi lain kata Andi, petani bisa merubah pola tanam.

"Jadi ketika kemarau bisa menanam palawija yang tidak sering membutuhkan air. Atau alternatif lain dengan menggunakan varietas padi yang lebih tahan air," katanya.

Untuk diketahui menurut data dari Disperta Ponorogo hingga bulan September 2019, total terdapat 1.671 hektare lahan pertanian yang mengalami kekeringan. Sebanyak 672 hektare diantaranya dipastikan puso.

Sementara, 260 hektare mengalami kekeringan berat, 308 hektare kekeringan sedang, dan 390 hektare kekeringan ringan. Beruntung, kata Andi sebagian besar petani yang mengalami puso sudah terdaftar dalam asuransi usaha tanaman padi (UTP).

"Kekeringan di atas 75 persen bisa mendapat asuransi. Penyedia asuransi melakukan verifikasi di lapangan sebelum mencairkan ganti rugi tersebut," jelas Andi.

Langkah serupa diterapkan Ditjen PSP Kementan pada daerah lain di seluruh Indonesia dalam tiga tahun terakhir sebanyak 100 ribu mesin pompa air. Sementara untuk 2019 mencapai 20 ribu unit didukung 7.300 meter (setara 7,3 km) selang air.

"Solusinya dengan pompanisasi, Kementan membantu pompa air untuk daerah-daerah yang kekeringan seperti di Ponorogo. Permintaan untuk 2019 yang masuk ke Kementan mencapai 20 ribu unit pompa," kata Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhy.

Ditjen PSP Kementan juga mendorong pengembangan embung, yang akan diakomodir Kementan dengan syarat. Mulai dari harus di lahan desa, lahan pemerintah atau hibah dari masyarakat. Tujuannya agar pengembangan embung tidak sia-sia sehingga dapat dimanfaatkan oleh para petani.

"Anggarannya kita bantu melalui DAK (dana alokasi khusus), asalkan lahan yang disiapkan minimal 25x25 meter, kedalaman dua metar di lahan yang aman dan bukan di atas lahan pribadi agar tidak dijual dan dibongkar," kata Sarwo Edhy.

 

(*)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya