Harga Emas Turun Usai Virus Corona Mulai Tertangani

Harga emas merosot pada Selasa karena dolar bertahan dan investor memilih untuk aset berisiko

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Feb 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2020, 07:30 WIB
Ilustrasi Harga Emas (4)
Ilustrasi Harga Emas

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas merosot pada Selasa karena dolar bertahan dan investor memilih untuk aset berisiko setelah penurunan jumlah kasus baru yang dikonfirmasi dari coronavirus. Hal ini meredakan beberapa kekhawatiran atas dampak ekonomi global.

Dikutip dari laman CNBC, Rabu (12/3/2020), harga emas di pasar spot turun 0,4 persen pada USD 1.565,09 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sejak 4 Februari di USD 1.576,76 pada hari Senin. Emas berjangka AS turun 0,7 persen menjadi USD 1,568,40 per ounce.

"Emas sedikit turun seiring dengan putaran tertinggi baru di pasar ekuitas, karena ada beberapa percakapan bahwa dampak dari coronavirus sedikit berlebihan," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

"Namun, penurunan dalam emas masih relatif terbatas, mengingat kekuatan yang terlihat dalam ekuitas global dan fakta bahwa emas terus bertahan dengan baik," tambahnya.

Pasar keuangan global kembali bergeliat karena jumlah kasus virus corona baru melambat di Cina dan pabrik-pabrik negara itu perlahan-lahan kembali bekerja.

Setelah lebih dari 1.000 kematian, penasihat medis terkemuka Cina tentang epidemi mengatakan infeksi mungkin berakhir pada bulan April, dengan jumlah kasus baru sudah menurun di beberapa tempat.

Lebih lanjut membatasi harga emas, dolar mencapai level tertinggi empat bulan terhadap beberapa rival karena pembelian keselamatan dan pandangan optimis Ketua Federal Reserve Jerome Powell tentang ekonomi AS.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Suku Bunga Bank Sentral AS

Pasar Saham Global Bergejolak, Harga Emas Ikut Turun
Aksi jual terjadi dan kekhawatiran terhadap situasi ekonomi China membuat harga emas turun 0,5 persen menjadi US$ 1.153,60 per ounce.

Bank sentral AS mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah pada pertemuan kebijakan Januari, mengutip pertumbuhan ekonomi yang moderat dan pasar pekerjaan yang kuat.

Powell juga mengutip potensi ancaman dari virus dan kekhawatiran tentang kesehatan jangka panjang ekonomi dalam kesaksian terbarunya kepada panel.

"Latar belakang untuk harga emas akan tetap bullish jangka panjang terutama didukung pada permintaan fisik dari bank sentral dan meningkatnya risiko terhadap pertumbuhan global yang akan memicu gelombang stimulus lain di seluruh dunia," Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA, mengatakan dalam sebuah catatan.

Emas, yang digunakan sebagai asuransi terhadap risiko ekonomi, cenderung menghargai ekspektasi suku bunga yang lebih rendah, yang mengurangi biaya peluang memegang emas.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya