Perkembangan Dompet Digital Ancam Bank Konvensional?

Sebanyak 68 persen pengguna dompet digital saat ini berasal dari generasi millenial dan Gen-Z.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Feb 2020, 20:15 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2020, 20:15 WIB
Ilustrasi Radiasi Ponsel
Ilustrasi Radiasi Ponsel (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi dompet digital di Indonesia mampu menunjukkan perkembangan yang signifikan. Daya tarik utama dari e-wallet atau dompet digital antara lain kenyamanan, promosi, serta keamanan.

Berdasarkan data Ipsos, ada empat pemain utama industri dompet digital saat ini yaitu GoPay, OVO, Dana, dan LinkAja.

Dalam penelitiannya yang rilis pada Rabu (12/02/2020), Ipsos menemukan sebanyak 54 persen dari konsumen Penelitian Ipsos juga menemukan bahwa GoPay merupakan dompet digital yang paling banyak dikenal oleh generasi milenial dan Z (58 persen), disusul dengan Ovo (29 persen), Dana (9 persen), dan LinkAja (4 persen) dan 6 persen menggunakan LinkAja.

Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia, Poltak Hotradero, yang juga hadir dalam acara yang sama, menambahkan bahwa genersi muda saat ini membutuhkan kecepatan dan kepraktisan dalam bertransaksi tanpa jumlah minimum.

"Anak-anak sekarang itu nggak suka pergi ke bank karena ngantri, kemudian isi form. Kalau kehilangan juga ngurus." ujarnya.

Saat disinggung terkait kompetisi yang mungkin terjadi antara bank konvensional dan dompet digital, Poltak menjelaskan bahwa tidak ada kompetisi disana. Justru hal ini harus dilihat sebagai peluang inovasi bagi perbankan.

"Nggak ada. Sebab, pelayanan perbankan memang ada yang tidak bisa menjangkau generasi muda." terangnya.

Poltak juga menjelaskan, dompet digital dapat memfasilitasi transaksi dengan nominal kecil, yang tidak bisa dilakukan oleh perbankan.

"Pelayanan yang sangat murah dengan angka yang kecil-kecil ini tapi masif. Saya pikir inilah masa depan. Ini yang lembaga keuangan susah untuk masuki," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tarik Pengguna Milenial, Aplikasi Dompet Digital Tak Perlu Banyak Bakar Uang

mengirim pesan
ilustrasi ponsel/Photo by Oleg Magni on Unsplash

Pemanfaatan dompet digital telah menjadi bagian dari gaya hidup generasi milenal dan Gen-Z saat ini. Sebanyak 68 persen dari generasi tersebut menggunakan dompet digital setidaknya satu hingga dua kali setiap minggunya.

Menurut data Ipsos, nilai rata-rata top up (isi ulang) sebesar Rp 140.663 setip minggunya. Ipsos yang diwaliki oleh Olivia Samosir selaku Research Director Customer Experience pada acara Evolusi Industri Dompet Digital: Strategi Menang Tanpa Bakar Uang, pada Rabu (12/02/2020), menambahkan bahwa promo bukan lagi menjadi alasan utama dipilihnya dompet digital.

"Awalnya pasti tertarik karena promosi. Kemudian mereka merasakan kenyamanan dari dompet digital. Karena nggak perlu bawa cash. Nggak takut kalau nggak ada kembalian. Sehingga pemakainnya jadi cukup konsisten sampai sekarang" paparnya.

Sebanyak 71 persen generasi muda tertarik untuk menggunakan dompet digital adalah karena adanya promo. Namun seiring intensitas penggunaan dompet digital, muncul pula loyalitas dari konsumen. Aspek lain yang mempengaruhi loyalitas tersebut selain promo antara lain kenyamanan dan keamanan.

Olivia menambahkan, ada 54 persen konsumen mengatakan akan tetap menggunakan GoPay meskipun tidak ada promo. Sehingga dapat perusahaan tidak perlu lagi melakukan pembakaran uang besar-besaran untuk promo.

Sebagai informasi, empat pemain utama dalam industri dompet digital diantaranya adalah GoPay, Ovo, Dana, dan LinkAjaAttachments area 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya