Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) terus mengebut pengembangan kilang proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan pembangunan kilang baru proyek Grass Roof Refinery (GRR) guna mengejar target setop impor Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 2026. Nantinya, kapasitas kilang yang saat ini 1 juta barel per hari akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel per hari.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, menyatakan pentingnya kilang bagi ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi nasional. Saat ini, Pertamina terus melakukan akselerasi pembangunan kilang-kilang besar seperti Kilang Balikpapan, Balongan dan Cilacap.
"Pembangunan Kilang Balikpapan yang progressnya sudah lebih dari 13 persen, tahun ini ditargetkan mencapai 40 persen. Sementara target pembangunan Kilang Balongan dan Cilacap masing-masing 10 persen. Kita akan terus kebut, demi kepentingan nasional," tegas Fajriyah dalam pesan tertulisnya, Sabtu (29/2/2020).
Advertisement
Menurut Fajriyah, proyek RDMP dan GRR juga diintegrasikan dengan pembangunan industri petrokimia yang memiliki potensi bisnis Rp 40–50 triliun per tahun. Untuk itulah kilang yang dibangun didesain dengan teknologi tinggi dan bisa mengolah jenis crude dari mana saja serta memiliki fleksibilitas tinggi untuk mengubah mode kilang menjadi petrokimia.
Dia menambahkan, besarnya peluang bisnis migas, menjadikan megaproyek RDMP dan GRR telah menarik para investor dunia untuk menanamkan modalnya, bahkan tak sedikit yang meminta menjadi mitra strategis.
"Pada Kilang Balikpapan saja ada sekitar 40 perusahaan yang meminta menjadi mitra kepada Pertamina, sehingga kita lakukan seleksi secara ketat. Begitu juga di kilang Balongan dan kilang lainnya" ungkap dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Negosiasi Berjalan Baik
Fajriyah menyampaikan, proses negosiasi dengan mitra bisnis dan investor berjalan dengan baik. Sejumlah MoU dan kesepakatan bisnis telah ditandatangani antara Pertamina dengan berbagai pihak, seperti ADNOC, Mubadala, Rosneft, hingga K-Sure.
"Negosiasi dengan Saudi Aramco juga masih terus berlanjut dan solusinya adalah menerapkan skema seperti pada Kilang Balikpapan dengan cara toll fee untuk kilang lama, namun tetap berpartner untuk kilang baru di Cilacap," ujar Fajriyah.
Advertisement