Stop Impor BBM, Pertamina Kebut Pembangunan Kilang Kapasitas 2 Juta Barel

Pertamina menargetkan memenuhi kebutuhan BBM dari kilang sendiri tanpa ketergantungan dengan impor.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Feb 2020, 20:35 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2020, 20:35 WIB
Mengunjungi Kilang Balikpapan yang Kapasitasnya Bakal Ditingkatkan
Petugas melakukan pengecekan di area Refinery Unit V Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (22/7/2019). Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan merupakan satu dari proyek pengembangan dan peningkatan kapasitas kilang yang dilakukan Pertamina. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) terus kebut pengembangan kilang proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan pembangunan kilang baru proyek Grass Roof Refinery (GRR). Langka ini untuk mencapai target stop impor BBM yang pada 2026.

Nantinya, kapasitas kilang yang saat ini 1 juta barel per hari akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel per hari, sehingga Pertamina menargetkan memenuhi kebutuhan BBM dari kilang sendiri tanpa ketergantungan dengan impor.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyatakan, pembangunan kilang sangat pentingnya bagi ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi nasional. Saat ini Pertamina terus melakukan akselerasi pembangunan kilang, siang dan malam, sehingga dapat selesai lebih cepat dari yang ditargetkan.

“Pembangunan Kilang Balikpapan yang progressnya sudah lebih dari 13 persen, tahun ini ditargetkan mencapai 40 persen. Sementara target pembangunan Kilang Balongan dan Cilacap masing-masing 10 persen. Kita akan terus kebut, demi kepentingan nasional,” jelas Fajriyah dalam keterangan tertulis, Jumat (28/2/2020).

Negosiasi dengan mitra bisnis dan investor, tambah Fajriyah, berjalan dengan baik. Sejumlah MoU dan kesepakatan bisnis telah ditandatangani antara Pertamina dengan berbagai pihak, seperti ADNOC, Mubadala, Rosneft, K-Sure dan lain sebagainya.

“Negosiasi dengan Saudi Aramco juga masih terus berlanjut dan solusinya adalah menerapkan skema seperti pada Kilang Balikpapan dengan cara toll fee untuk kilang lama, namun tetap berpartner untuk kilang baru di Cilacap,” ujar Fajriyah.

Pertamina Modifikasi Kilang Cilacap untuk Produksi B100

RU IV Cilacap, Kilang BBM Terbesar di Indonesia Milik Pertamina
Suasana kilang minyak Pertamina Refenery Unit IV Cilacap, Rabu (7/2). Kilang minyak RU IV Cilacap ini untuk memenuhi kebutuhan BBM bagi Masyarakat Pulau Jawa. (Liputan6.com/JohanTallo)

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan sejumlah langkah untuk memproduksi biodiesel murni (B100), dengan membangun fasilitas pengolahan minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) sebagai bahan bakunya.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, ‎Pertamina terus meningkatkan campuran unsur nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) pada solar. Sejak dimulai pada 2006 dengan kandungan FAME pada solar sebesar 2,5 persen, saat ini kandungan FAME yang dicampur dengan solar meningkat menjadi 30 persen (B30). Perusahan tersebut pun siap meningkatkan hingga 100 persen atau B100.

"‎Pertamina rencanakan sampai B100, tahapan Pertamina ada tiga langkah, menengah maupun panjang," kata Nicke, saat rapat dengan Komisi VII. DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (29/1/2020).

Untuk memproduksi bahan bakar B100 Pertamina ‎akan melakukan modifikasi (revamping equipment) Kilang Cilacap. Hal ini penting dilakukan, sebab dalam proses pencampuran FAME dengan solar saat ini hanya mampu dengan kandungan 30 persen saja. 

"Di 2022 revamping equipment di Kilang Cilacap selesai. Jadi akan hasilkan B100 300 ribu ton per tahun," tuturnya.

‎Nicke melanjutkan, Pertamina juga akan memproduksi B100 dari Green Refinary Plaju. Fasilitas tersebut akan memproduksi green diesel dan green avtur sebanyak 1 juta Kilo Liter (KL) per tahun, dengan kapasitas 80 ribu barel per hari.

Menunggu dua proyek tersebut rampung, upaya Pertamina memproduksi B100 dalam waktu dekat dengan menerapkan mekanisme co-processing, yaitu mencampur Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) dan minyak mentah di kilang. Saat RBDPO telah diolah dengan campuran sebesar 20 persen ke minyak mentah.

Pertamina telah menetapkan Kilang Cilacap menerapkan ‎mekanisme yang pertama dilakukan di dunia ini. Selanjutnya, mekanisme tersebut akan diterapkan di seluruh kilang yang dioperatori Pertamina.

"Ini sudah dilaksanakan sejak 2 tahun lalu dan hari ini secara kapasitas sudah bisa mencampur 20 persen. Diinject langsung, ini sebetulnya co-processing, adalah pertama di dunia," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya