Kadin: 6,4 Juta Buruh Dirumahkan Akibat Covid-19

Angka tersebut didapat berdasarkan laporan berkala dari seluruh asosiasi tergabung di dalam Kadin

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jun 2020, 12:30 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2020, 12:30 WIB
20160206-Buruh-Serbu-Istana-Merdeka-Jakarta-Angga-Yuniar
Ribuan buruh melakukan aksi jalan kaki menuju Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (6/2/2016). Dalam aksi tersebut mereka meminta agar tidak terjadi PHK secara besar-besaran. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencataat jumlah tenaga kerja yang dirumahkan akibat pandemi Covid-19 sudah mencapai 6,4 juta orang. Angka tersebut didapat berdasarkan laporan berkala dari seluruh asosiasi tergabung di dalam Kadin.

"Angka kami yang di rumah kan itu sudah mencapai 6,4 juta orang mungkin angka dari Kementerian Ketenagakerjaan masih di level 2 juta orang," kata Ketua Umum Kadin, Rosan P Roeslani di DPR RI, Jakarta, Selasa (9/6).

Rosan mengaku telah mendapatkan laporan secara menerus dari beberapa asosiasi. Misalnya saja, di sektor perhotelan, berdasarkan laporan yang diterima sudah lebih dari 2.000 yang terpaksa tutup dan itu mayoritas berada di Jawa Barat.

"Itu kurang lebih 430.000 orang (di rumahkan)," kata dia.

Tak hanya itu, berdasarkan data dari pihak Organda sebanyak 1,4 juta orang dirumahkan bahkan sebagiannya sudah ada yang terpaksa kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

"Jadi kalau yang dirumahkan itu kurang lebih 90 persen yang di PHK ini 10 persen secara empiris karena kamu yang di rumah kan ini kalau diperhatikan ada konsekuensi bayar pesangon mereka tidak dalam posisi untuk mampu bayar pesangon," jelas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pertumbuhan Ekonomi Bisa 0 Persen

Job Fair
Sejumlah pencari kerja memadati arena Job Fair di kawasan Jakarta, Rabu (27/11/2019). Job Fair tersebut digelar dengan menawarkan lowongan berbagai sektor untuk mengurangi angka pengangguran. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dengan berbagai kondisi tersebut, Kadin melihat dalam janga pendek ini bisa menjadi skenario paling berat. Pertumbuhan ekonomi pun diprediksi bakal berada di titik terberat yakni bisa menyentuh minus 0 persen.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya