Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia mengalami tekanan signifikan sejak mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di USD 2.956 pada awal pekan ini. Harga emas hari ini diperdagangkan di kisaran USD 2.860, mencerminkan penurunan substansial sebesar 3%.
Sentimen bearish yang masih kuat pada logam mulia ini dipicu oleh kebijakan perdagangan terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang menegaskan akan menerapkan tarif baru untuk Meksiko dan Kanada pada 4 Maret, serta menaikkan tarif impor dari Tiongkok hingga total 20%.
Advertisement
Baca Juga
"Pernyataan ini mengecewakan ekspektasi pasar yang sebelumnya berharap ada penundaan dalam penerapan tarif tersebut," jelas Analis Dupoin Andy Nugraha dalam keterangan tertulis, Senin (3//3/3035).
Advertisement
Berdasarkan analisis teknikal yang dilakukan Andy Nugraha, kombinasi candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan tren bearish yang masih dominan. Proyeksi harga emas hari ini berpotensi turun hingga level USD 2.850. Namun, apabila terjadi rebound dari level tersebut, harga emas diperkirakan dapat mencapai target kenaikan terdekat di USD 2.877.
FundamentalÂ
Di sisi fundamental, emas menarik beberapa pembeli pada sesi perdagangan Asia awal hari ini Senin dengan harga sempat menyentuh USD 2.870.
Ketidakpastian global yang masih berlanjut, terutama konflik antara Rusia dan Ukraina, terus menjadi faktor yang mendukung emas sebagai aset safe-haven. Pelaku pasar juga menantikan rilis data Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) Manufaktur ISuari menunjukkan kenaikan 2,5% YoY, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat angka 2,6%. Indeks PCE inti juga turun menjadi 2,6% dari 2,9% pada Desember.
Data ini menunjukkan bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait penurunan suku bunga lebih lanjut.
Peluang penurunan suku bunga pada bulan Juni meningkat menjadi 71,8%, menurut alat Fedwatch CME, dibandingkan hanya 28,1% untuk mempertahankan suku bunga tetap.M AS untuk bulan Februari yang dijadwalkan pada hari ini, yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek ekonomi AS.
Â
Keputusan Fed
Selain itu, laporan dari kantor berita RIA menyebutkan bahwa sebuah kilang minyak di kota Ufa, Rusia, mengalami kebakaran. Meskipun pihak berwenang menyatakan tidak ada ancaman bagi penduduk setempat, insiden ini tetap menjadi perhatian bagi investor yang mencermati dinamika geopolitik. Di tengah ketegangan yang meningkat, setiap perkembangan baru yang memperburuk situasi dapat menjadi katalis bagi kenaikan harga emas.
Sementara itu, faktor lain yang turut mempengaruhi pergerakan emas adalah data innuari menunjukkan kenaikan 2,5% YoY, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat angka 2,6%. Indeks PCE inti juga turun menjadi 2,6% dari 2,9% pada Desember.
Data ini menunjukkan bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait penurunan suku bunga lebih lanjut. Peluang penurunan suku bunga pada bulan Juni meningkat menjadi 71,8%, menurut alat Fedwatch CME, dibandingkan hanya 28,1% untuk mempertahankan suku bunga tetap.
Â
Advertisement
Tren Bearish
Secara keseluruhan, emas masih berada dalam tren bearish dalam waktu dekat, dengan potensi penurunan ke level USD 2.850 sebelum adanya rebound ke USD 2.877.
Para investor disarankan untuk terus memantau perkembangan seputar kebijakan tarif AS, konflik geopolitik Rusia-Ukraina, serta data ekonomi AS yang akan datang, terutama Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur ISM yang akan dirilis hari ini.
Â
