Ekspor Pangan Olahan Indonesia ke Puerto Rico Naik 228 Persen

Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto melaporkan, ekspor produk pangan olahan Indonesia meningkat pesat

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Jun 2020, 20:20 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2020, 20:20 WIB
Agus Suparmanto
Mendag Agus Suparmanto (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto melaporkan, ekspor produk pangan olahan Indonesia meningkat pesat meski dihantam wabah virus corona (Covid-19) pada periode Januari-April 2020.

"Nilai ekspor pangan olahan Indonesia ke dunia meningkat 7,9 persen secara year on year pada periode Januari sampai April 2020, atau sebesar USD 1,33 miliar," jelasnya dalam sesi teleconference, Senin (15/6/2020).

Menurut catatannya, terdapat lima negara tujuan yang mengalami pertumbuhan ekspor luar biasa selama periode tersebut. Puerto Rico menjadi negara tujuan ekspor dengan angka pertumbuhan terbesar.

"Di antaranya Puerto Rico meningkat sebesar 228,42 persen. Kamboja sebesar 189,7 persen, Kuwait 122,59 persen, United Emirate Arab 49,49 persen, dan Jerman 44,3 persen," paparnya.

Adapun beberapa produk pangan olahan Indonesia yang laku keras di pasar dunia antara lain seperti olahan udang, olahan ikan, olahan kepiting, hingga konsentrat dari kopi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pesaing Indonesia

Panel VI Rakornas Indonesia Maju
Mendag Agus Suparmanto (tengah) menyampaikan paparan saat diskusi panel VI Rakornas Indonesia Maju antara Pemerintah Pusat dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019). Panel VI itu membahas transformasi ekonomi I. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Lebih lanjut, Mendag Agus turut menyoroti Thailand dan Vietnam sebagai negara tetangga yang juga menjadi pesaing terberat Indonesia dalam mengekspor produk pangan olahan.

"Negara Asean yang jadi pesaing utama untuk ekspor pangan olahan dunia pada tahun 2019 antara lain Thailand dan Vietnam, yang masing-masing merupakan pemasok urutan ke-5 dan 21 untuk produk pangan olahan dunia," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya