Merugi Akibat Corona, Industri Penyiaran Minta Tambahan Iklan dari Pemerintah

Sektor penyiaran tengah merugi akibat penundaan sejumlah pertandingan berbagai cabang olahraga.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jun 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2020, 12:00 WIB
Siaran On Air
Ilustrasi (ist.)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, pelaku bisnis terkait industri olahraga nasional telah terdampak parah akibat pandemi Covid-19. Diantaranya sektor broadcasting yang tengah merugi akibat penundaan sejumlah pertandingan berbagai cabang olahraga.

"Sektor ini (broadcasting) juga telah meminta bantuan pemerintah. Akibat penundaan olahraga," ujar dia dalam webinar via YouTube, Selasa (30/6).

Menurutnya bantuan yang diusulkan oleh pelaku industri broadcasting dalam negeri, ialah masuknya tambahan iklan oleh pemerintah. Sebab iklan dari swasta telah mengalami penurunan jumlah akibat penundaan siaran pertandingan sejumlah cabang olahraga di saat pandemi ini.

Tak hanya broadcasting, kerugian juga dialami oleh pelaku usaha pembuatan jersey dan sepatu olahraga lokal. Hal ini dikarenakan adanya pembatalan pesanan dari sejumlah negara akibat penundaan pertandingan olahraga di tahun ini.

"Jadi industri terkait olahraga kita. Seperti garmen untuk pembuatan jersey maupun sepatu olahraga ini telah terpukul," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Hak Siar

Iklan Digital
(ilustrasi)

Oleh karenanya, ia mendorong industri broadcasting harus mengeksplorasi aliran pendapatan selain hak siar dan aliran iklan. Antara lain melalui fitur kepemirsaan premium.

Pun pelaku industri garmen domestik juga diharapkan dapat memanfaatkan layanan penjualan secara daring. Mengingat di masa pandemi ini mayoritas orang akan lebih sering menggunakan internet untuk menunjang pekerjaan atau aktivitas lainnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Industri Olahraga Anjlok 50 Persen, E-Sports Berjaya di Masa Pandemi

Harry Kane Incaran Utama Manchester United
Kane menjadi penyerang yang bisa beradaptasi dengan sepakbola modern. Kane penyerang yang rajin menjemput bola, rajin bergerak untuk menciptakan ruang dan mencari ruang kosong untuk menembus lini pertahanan lawan.(AFP/Adrian Dennis)

Pandemi Covid-19 membuat pendapatan industri olahraga global diproyeksikan terpangkas hingga 50 persen atau menjadi USD 73,3 miliar di tahun ini. Padahal traget pra-pandemi di industri ini mencapai USD 135,3 miliar.

Hal ini disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. "Industri olahraga global sangat terdampak. Olahraga sebagai penyumbang kegiatan ekonomi hampir mencapai USD 140 miliar mengalami penurunan," kata dia dalam webinar via YouTube, Selasa 30/6).

Airlangga menjelaskan terpangkasnya penerimaan industri olahraga global disebabkan oleh penundaan sejumlah pertandingan dari berbagai cabang olahraga lumbung uang. Diantaranya liga-liga sepakbola dunia yang digeser pelaksanaannya ke tahun 2021.

Namun, apabila terpaksa digelar pada tahun ini. Sejumlah negara mewajibkan penyelenggaraa pertandingan tanpa penonton yang artinya klub elite dunia bakal kehilangan penerimaan dari keuntungan penjualan tiket.

Ketua Umum Pengurus Besar Wushu Indonesia (PB WI) ini juga menyebut turunnya pendapatan industri olahraga juga dipengaruhi oleh penundaan pelaksanaan Olimpiade 2020 di Jepang.

Imbasnya industri tersebut mengalami kerugian hingga USD 13,4 miliar akibat biaya yang telah di keluarkan panitia untuk perbaikan prasarana dan sarana penunjang.

E-Sports

Fortnite Battle Royale, semakin populer setelah muncul versi android dan iOS
Fortnite Battle Royale, cabang e-sports pertama yang dilirik pihak militer Amerika Serikat.

Meski begitu, cabang olahraga e-sports justru mencatatkan torehan positif selama pandemi global ini berlangsung. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya penggunaan akses internet di sejumlah negara.

"Tapi kan e-sports ini belum se-familiar olahraga lainnya. Dan harus diakses melalui gadget untuk melakukannya," tukasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya