Liputan6.com, Jakarta - Di tengah ekonomi yang lesu seperti saat ini, pelaku usaha asuransi sangat sulit untuk bisa mengakusisi nasabah baru atau memasarkan produknya. Berbagai terobosan yang dijalankan masih belum bisa membantu meningkatkan kinerja industri asuransi.
Deputi Komisioner Pengawasan IKNB II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Moch. Ihsanudin mengatakan, saat ini pelaku asuransi tengah berlomba-lomba untuk meningkatkan kinerja.
Baca Juga
"Tapi mau diapa-apain, selama ekonomi belum membaik atau pendapatan masyarakat belum membaik, kemudian juga industri asuransi belum sehat, mau dengan cara apapun, ini tidak mudah memasarkan suatu produk asuransi," ujarnya dalam diskusi online, Kamis (30/7/2020).
Advertisement
Ihsanudin mengatakan, kinerja asuransi juga terganggu karena intenstas penyedia layanan bertemu dengan nasabah sangat terbatas. Hal ini bukan hanya permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha tetapi juga Otoritas Jasa Keuangan sebagai pembuat regulasi.
"Permasalahan ini cukup fundamental, bukan hanya tugas daripada pelaku perusahaan asuransi. Bukan hanya dari OJK sebagai regulator. Mau diregulate seperti apapun, kalau prasyarat dua (pendapatan masyarakat dan industri asuransi) belum membaik ini akan susah," paparnya.
insurtech
Dia menambahkan, saat ini pelaku usaha asuransi memang tengah menggarap pasar melalui kehadiran insurtech. Insurtech merupakan singkatan dari insurance technology yang merupakan kolaborasi antara asuransi dengan teknologi canggih dan didukung oleh komponen-komponen finansial dari fintech Indonesia.
Pada kenyataannya di lapangan, insurtech juga belum mampu mengangkat kinerja asuransi karena masih menghadapi berbagai kesulitan. Meski demikian, insurtech menjadi salah satu harapan untuk mendorong kinerja asuransi dari sisi pemasaran baik dari jalur bisnis hingga proses model bisnis.
"Terkait dengan insurtech, insurtech bukan semata-mata terkait dengan teknologi untuk pemasaran. Kalau kita bagi dua blok, yaitu dari sisi distribution model. Artinya jalur distribusi untuk sistem pemasaran agar lebih cepat dan mudah, efisien kepada calon nasabah atau pemegang polis," jelasnya.
"Blok kedua, adalah insurance dari business process model. Penggunaan teknologi ini membantu dari proses mulai dari product development, pricing, underwriting, sampai claim management," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement