Dari Mainan, Miliarder Hong Kong Pertaruhkan Keberuntungan dengan Memproduksi Bioplastik

Tanpa kekhawatiran akan virus, Choi tetap dapat melanjutkan usahanya membuat plastik biodegradable dengan kecepatan penuh.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 06 Agu 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi Miliarder. Don Unsplash
Ilustrasi Miliarder. Don Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Miliarder Hong Kong Francis Choi Chee-ming masih belum berpuas diri meski telah memiliki perusahaan produsen mainan terbesar di dunia.

Pria tersebut kini sukses mengantongi kekayaan bersih USD 6,6 miliar, berkat beragam bisnis yang dijalankannya di bawah bendera Early Light International. Seperti layanan otomotif, pendidikan, properti, hingga pengecer perhiasan dan jam tangan.

Tak cukup sampai di situ, taipan berusia 73 tahun tersebut kini terjun dalam industri plastik ramah lingkungan (green plastic).

Selama 2 tahun terakhir, ia telah mengeluarkan dana USD 100 juta untuk membangun pabrik pembuat plastik ramah lingkungan di Shaoguan, China. Pabrik setinggi 5 lantai ini dibangunnya secara patungan bersama perusahaan asal Amerika Serikat (AS).

Pandemi Covid-19 yang terlahir di China pun belum menyurutkan usaha barunya yang ditempatkan di Tiongkok. Pada April 2020 lalu, Choi menyatakan pabriknya yang berada di Shenzen dan Shaoguan tetap bebas virus corona, meski sebagian besar pekerjanya merupakan penduduk lokal.

"Untungnya, kira tidak punya dugaan atau konfirmasi kasus positif Covid-19. Sejauh ini tidak ada pesanan yang dibatalkan," kata Choi mengutip laman Forbes, Kamis (6/8/2020).

Tanpa kekhawatiran akan virus, Choi tetap dapat melanjutkan usahanya membuat plastik biodegradable dengan kecepatan penuh. "Ini akan menjadi bisnis yang sangat besar," serunya.

Miliarder ini menargetkan usahanya dalam memproduksi green plastic yang dinamakan NuPlastiQ tersebut bisa mulai berjalan akhir tahun ini.

Choi mengklaim NuPlastiQ yang digunakan untuk membuat tas ini bisa bercampur dengan plastik konvensional untuk membuat mainan yang lebih ramah lingkungan. Barang tersebut dijelaskannya dapat terurai secara alami jika dibuat ke tempat pembuangan sampah atau dibiarkan terendam air.

Namun, awal perjalanan bisnis Choi membangun pabrik green plastik ternyata tidak begitu mudah. Dia harus berhadapan dengan ongkos tenaga kerja di China yang naik 70 persen dalam satu dekade terakhir.

Mengakali hal tersebut, Choi telah mengurangi setengah populasi pekerjanya dari 80 ribu pada 2008 menjadi 40 ribu.

Choi juga tetap bertahan untuk menempatkan bisnisnya di daratan China ketimbang mengalihkan pabriknya ke Asia Tenggara.

Menurutnya, itu merupakan langkah jitu. Sebab, ia tak mau kejadian 4 dekade lalu terulang, ketika banyak perusahaan Hong Kong yang memindahkan pusat produksinya ke Taiwan.

"Setelah beberapa tahun, semuanya kembali memulangkan bisnisnya lantaran di Taiwan jadi terlalu mahal, dan susah mencari pekerja," ungkapnya.

Menurut dia, bioplastik merupakan pasar yang sangat menjanjikan seiring dengan meningkatnya kesadaran lingkungan di seluruh dunia.

Mengacu pada sebuah penelitian, pasar global bioplastik di 2019 bernilai USD 7 miliar, dan akan tumbuh 16 persen per tahun-tahun berikutnya.

Dengan penuh keyakinan, Choi bertaruh akan mampu mengendalikan pertumbuhan itu. Bahkan, bioplastik disebutnya merupakan opsi bisnis yang jauh lebih baik ketimbang memproduksi mainan.

"Di masa mendatang, dunia bakal membutuhkan ini. Ini (bioplastik) adalah mainan (bisnis) yang jauh lebih baik," seru Choi.

Saksikan video di bawah ini:

Berkicau Piramida Dibangun Alien, Orang Terkaya Dunia Elon Musk Ditantang Datang ke Mesir

Sisi belakang dari piramida.
Sisi belakang dari piramida. (ListVerse)

Salah satu pejabat tinggi pemerintahan Mesir mengundang miliarder Elon Musk, untuk melihat sendiri bangunan piramida kuno.

Ini setelah salah satu orang terkaya dunia tersebut mengklaim bahwa alien-lah yang telah membangun piramida. Pada Jumat pekan lalu, CEO Tesla tersebut memang berkicau di Twitter bahwa Alien membangun piramida.

Melansir laman Business Insider, Rabu (5/8/2020), kicauan tersebut mendapatkan lebih dari 550 ribu like. Kicauan itu rupanya memancing Menteri Kerjasama Internasional Mesir Rania al-Masha untuk secara pribadi mengundang miliarder dunia itu untuk datang ke negaranya.

Ia meminta bos SpaceX tersebut untuk mempelajari sejarah piramida dari dekat.

"Saya mengikuti karya Anda dengan penuh rasa kagum. Saya mengundang Anda dan SpaceX untuk menjelajahi sejarah tentang bagaimana piramida dibangun dan juga untuk mengunjungi makam para pembangun piramida. Mr. Musk kami menanti Anda," tulis Rania sebagai balasan atas kicauan Musk tersebut.

Salah satu orang terkaya di dunia ini lantas menindaklanjuti kicauannya dengan sebuah link yang merujuk pada artikel BBC. Artikel tersebut mengulas kehidupan orang-orang yang membangun piramida.

"Artikel BBC ini menyediakan kesimpulan yang cukup tentang bagaimana itu dibangun," kicaunya.

Namun kicauan tersebut tak hanya memicu satu petinggi Mesir saja untuk berbicara. Arkeologis Mesir Zahi Hawass yang menemukan makam para pembangun piramida di Giza bahkan mengatakan Musk sedang berhalusinasi.

"Saya menemukan makan para pembangun piramida dan membagikan informasi bahwa para pembangunnya adalah warga asli Mesir dan mereka bukan budak," terang Hawass.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya