Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga minyak adalah bertambahnya jumlah pabrik di China yang beroperasi sehingga meningkatkan permintaan energi.
Selain itu, kenaikan harga minyak juga didorong oleh harapan kesepakatan pemberikan stimulus di Amerika Serikat (AS). Stimulus ini diharapkan bisa mendorong ekonomi AS sehingga ikut meningkatkan permintaan minyak.
Mengutip CNBC, Selasa (11/8/2020), harga minyak mentah Brent naik 82 sen atau 1,9 persen menjadi USD 45,22 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate ditutup 72 sen, atau 1,7 persen lebih tinggi menjadi USD 41,94 per barel.
Advertisement
Harga minyak mendapat dukungan setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan Ketua DPR Nancy Pelosi dan senator dari Partai Demokrat Chuck Schumer ingin bertemu dengannya untuk membuat kesepakatan tentang bantuan ekonomi terkait virus Corona.
Ini merupakan angin segar mengingat pembicaraan antara Demokrat dan anggota pemerintahan Trump yang merupakan bagian dari Partai Republik macet minggu lalu.
“Harga minyak sangat bergantung pada bantuan itu. Kami membutuhkan orang untuk dapat meningkatkan aktivitas ekonomi untuk memacu permintaan, ”kata analis Again Capital di New York, John Kilduff.
Sedangkan pada Minggu kemarin, CEO Arab Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan bahwa permintaan minyak di Asia mulai naik karena pembukaan aktivitas ekonomi secara bertahap.
Di China, deflasi kegiatan pabrik China berkurang pada bulan Juli, didorong oleh kenaikan harga minyak global dan aktivitas industri yang melaju menuju level sebelum pandemi.
Analis UBS Giovanni Staunovo mengatakan, dengan permintaan minyak yang perlahan naik dan pasokan minyak terkendali karena kesepakatan pemotongan produksi OPEC + kemungkinan besar harga minyak akan naik secara perlahan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Harga Minyak Naik Terdongkrak Rencana Irak Pangkas Produksi
Sebelumnya, harga minyak naik pada awal perdagangan Asia pada Senin pagi, mendapatkan kembali lebih dari setengah kerugian Jumat (7/8/2020), didorong harapan kesepakatan stimulus untuk menopang pemulihan ekonomi Amerika (AS) dan janji dari Irak untuk memperdalam pemotongan pasokan minyak mentahnya.
Dikutip dari Antara, Senin (10/8/2020), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 49 sen atau 1,2 persen menjadi diperdagangkan di USD 41,71 per barel pada pukul 00.10 GMT (07.10 WIB), sementara minyak mentah berjangka Brent naik 40 sen atau 0,9 persen pada 44,80 dolar AS per barel.
Sementara kedua acuan kontrak jatuh pada Jumat (7/8/2020), dirugikan oleh kekhawatiran permintaan, Brent mengakhiri pekan ini terangkat 2,5 persen dan WTI naik 2,4 persen.
Harapan meningkat pada Minggu (9/8/2020) bahwa perselisihan akan berakhir antara Demokrat AS dan Gedung Putih tentang paket dukungan baru untuk negara bagian-negara bagian AS yang kekurangan uang karena dilanda pandemi virus corona.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan mereka bersedia untuk memulai kembali pembicaraan tentang kesepakatan untuk menutupi sisa tahun ini.
Pada saat yang sama, Kepala Eksekutif Aramco, Arab Saudi, Amin Nasser memperkirakan permintaan minyak rebound di Asia karena ekonomi secara bertahap terbuka setelah pelonggaran penguncian virus corona.
“Ada sedikit hal positif pagi ini yang berasal dari komentar Saudi Aramco yang melihat adanya pemulihan dalam permintaan,” kata ahli strategi pasar AxiCorp Stephen Innes.
Advertisement