Cerita Pengusaha Putar Otak Bangkitkan Ekspor Buah dan Sayuran di Masa Pandemi

Eksportir buah dan sayuran mengaku sempat kesulitan melakukan kegiatan ekspor buah dan sayuran di masa pandemi covid-19.

oleh Tira Santia diperbarui 08 Sep 2020, 14:40 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2020, 14:40 WIB
Ilustrasi sayur dan buah
Mengonsumsi banyak sayuran dapat membantu diet dan memiliki manfaat kesehatan lainnya. (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Supplier daging sapi, Eksportir buah dan sayuran Robert Muda Hartawan mengaku sempat kesulitan melakukan kegiatan ekspor buah dan sayuran di masa pandemi covid-19.

“Waktu awal-awal pandemi Indonesia bulan Maret sampai bulan Juni itu memang Kami sempat drop semua, karena negara tujuan ekspornya juga lockdown kemudian jadwal banyak yang gak terbang,” kata Robert dalam live streaming BNPB terkait Pangan dan peluang bisnisnya di era Adaptasi kebiasan baru’, Selasa (8/9/2020).

Kendati begitu, pihaknya bersama eksportir yang lain akhirnya mendapat bantuan dari Pemerintah melalui Kementerian Pertanian khususnya dari direktorat hortikultura, yang membantu eksportir untuk mengirim bahan ekspor ke Dubai dengan menyewa pesawat khusus ekspor.

“Jadi kaya rame-rame gitu mereka bantu cari pembeli itu upaya-upaya yang dilakukan, tapi memang kita sempat banyak berhenti. Saya pribadi yang harusnya mungkin ekspor sayur ke Taiwan dan buah-buahan ke Eropa itu berhenti dulu tapi sekarang ini pelan-pelan sudah mulai ada kegiatan kembali,” ujarnya.

Meskipun mengalami kesulitan di masa awal pandemi, dirinya dengan pengusaha importir dan eksportir, serta Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) lainnya, sering mendiskusikan  bagaimana agar stok produk buah dan sayur dapat terserap dengan baik agar para Petani tidak merugi. Di mana produk pertanian itu mudah rusak.

“Cuma memang kita harus lebih kreatif dan juga berkolaborasi, kami berapa kali berdiskusi juga dijembatani oleh Kementerian Pertanian dicoba dimitrakan dengan beberapa e-commerce supaya mereka membantu memasarkan dan menyerap dari teman-teman petani juga,” jelasnya.

Salah satunya, dirinya membuat parcel buah-buahan agar produknya dapat terjual. Selain itu di HIPMI juga mengkampanyekan Gerakan membeli produk sesama teman pengusaha sehingga proses jual beli di masa pandemi bisa tetap berjalan.

Sementara, untuk supplier daging dirinya memutar otak untuk mengubah model bisnisnya, dari yang semula Business to Business yang artinya produk atau jasa dijual dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Menjadi Business to Customer yang artinya produk atau jasa dijual dari perusahaan ke pembeli.

“Kami kebetulan di distribusi daging itu B to B kami supply banyak ke hotel, restoran, katering, cuman pasti sektor-sektor tersebut terdampak, saya banyak melakukan B to C, kita menggunakan channel-channel e-commerce yang ada mulai dari Tokopedia, blibli, shopee, kita juga ada di Instagram,” ungkapnya.

Robert menegaskan kembali, di masa pandemi ini sebagai pelaku usaha harus kreatif untuk menarik konsumen. Misalnya ia sekarang menjual produk daging yang sudah dipotong dan siap masak atau frozen food, karena banyak orang yang akhirnya memasak di rumah.   

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ekspor Buah Indonesia Melonjak Selama Pandemi

Gangguan Pada Metabolisme Akibat Kekurangan Vitamin dan Mineral
Ilustrasi Buah-buahan Credit: pexels.com/PhotoMIX

Total ekspor buah segar Indonesia pada Januari sampai Mei 2020 melonjak menjadi 375 ribu ton dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Selain itu, nilai tambah ekspor buah juga terkerek sebesar 73,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan, kedua torehan positif tersebut dipicu oleh pandemi Corona. Menyusul meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memelihara kesehatan agar terhindar dari paparan virus mematikan asal Wuhan tersebut.

"Pandemi ini membuat orang lebih mengkonsumsi makanan sehat termasuk buah dan sayuran. Masyarakat kerap melakukan berbagai cara agar terhindar dari serangan coronavirus ini," kata dia melalui Webinar Gerakan Konsumsi Buah Nusantara di Jakarta, Senin (10/8/2020).

Musdhalifah mengatakan, pangsa ekspor terbesar buah asal Indonesia masih serupa dengan negara tujuan ekspor tahun 2019. Yakni Vietnam 27 persen, Malaysia 19 persen, China 19 persen, India 10 persen , Hogkong 6 persen,Thailand 5 persen, lalu Uni Emirat Arab 3 persen.

Namun, ia memprediksi trend positif tersebut akan terus meningkat. Mengingat obat penawar untuk membunuh virus corona jenis baru tersebut belum ditemukan. Sehingga ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk terus memenuhi permintaan dunia internasional akan berbagai jenis buah tropikal.

"Untuk itu perlu gerakan besar untuk membangunkan raksasa yang tengah tertidur ini. Mengingat Indonesia berpotensi sebagai penghasil buah tropikal terbesar," ujarnya.

Oleh karena itu, Kementeriannya tengah meningkatkan koordinasi bersama kementerian/lembaga terkait untuk pengembangan kawasan hortikultura berkualitas ekspor. Sekaligus memperluas sebaran program subsidi biaya logistik pangan dan program pasar mitra tani di seluruh provinsi.

Tak hanya itu, Kementerian Perdagangan juga akan lebih aktif dalam memberikan pelatihan ekspor dan program pendampingan ekspor. Sekaligus penguatan promosi buah lokal dan informasi pasar bagi petani.

"Kita ingin juga untuk membuka pasar yang lebih luas. Agar produk buah lokal dapat terserap dengan baik saat pandemi ini," paparnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya