Liputan6.com, Jakarta Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan pandemi Covid-19 telah menarik ekonomi negara-negara berkembang di kawasan Asia masuk ke dalam resesi. Ini merupakan pertama kalinya dalam 6 dekade.
"Asia Berkembang," sebutan yang mencakup 45 negara di kawasan ini mengalami kemerosotan regional dampak dari pandemi Covid-19.
Baca Juga
ADB mengatakan ekonomi negara berkembang Asia akan menyusut 0,7 persen pada 2020. Meski kemudian, ekonomi di kawasan ini kembali pulih pada 2021. Prediksinya ekonomi akan tumbuh 6,8 persen pada tahun depan.
Advertisement
Ini terkuak dalam outlook ADB seperti melansir BBC, Rabu (16/9/2020), menunjukkan sekitar tiga perempat dari ekonomi kawasan ini akan merosot tahun ini.
ADB merevisi proyeksi sebelumnya tentang pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kawasan itu sebesar 0,1 persen pada tahun ini.
"Sebagian besar ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik akan berada pada jalur pertumbuhan yang sulit untuk sisa tahun 2020," kata kepala ekonom ADB Yasuyuki Sawada dalam sebuah pernyataan.
Â
Saksikan video di bawah ini:
Kondisi Tahun Ini dan 2021
Penilaian ADB sejalan dengan lembaga pinjaman Dana Moneter Internasional (IMF), yang membuat prediksi serupa awal tahun ini.
Asia Selatan kemungkinan akan terkena dampak paling parah, sementara China melawan tren.
Ekonomi India diperkirakan akan berkontraksi 9 persen pada tahun ini. Sementara pertumbuhan China diperkirakan 1,8 persen. Asia Tenggara kemungkinan akan menghadapi penurunan hingga 3,8 persen.
Ekonomi di negara kepulauan yang bergantung pada pariwisata, khususnya, telah mengalami kontraksi ekonomi yang memilukan.
Ekonomi Fiji diperkirakan akan menyusut sebesar 19,5 persen. Sementara Maladewa kemungkinan akan mengalami kontraksi 20,5 persen.
Kabar baiknya, wilayah tersebut diperkirakan akan pulih tahun depan, dengan pertumbuhan 6,8 persen.
"Ekonomi China diperkirakan akan pulih 7,7 persen pada 2021, sementara India juga akan bangkit kembali dengan pertumbuhan 8 persen tahun depan," menurut ADB.
Tetapi lembaga ini tetap memperingatkan bahwa pemulihan ekonomi bisa gagal jika pandemi berkepanjangan dan membutuhkan langkah penanganan yang lebih keras.
"Ancaman ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 tetap kuat, karena gelombang pertama yang berkepanjangan atau wabah yang berulang dapat mendorong tindakan penanggulangan lebih lanjut," kata Sawada.
Advertisement