Bangun Kemitraan Produksi dan Pemasaran Guna Tingkatkan Ekspor Komoditas Kelapa

Direktorat Jenderal Perkebunan terus melakukan upaya-upaya akselerasi peningkatan ekspor tiga kali lipat (Gratieks) melalui peningkaran produksi, nilai tambah dan daya saing (Grasida),

oleh stella maris pada 29 Sep 2020, 14:30 WIB
Diperbarui 29 Sep 2020, 15:01 WIB
Dirjen Perkebunan
Dirjen Perkebunan.

Liputan6.com, Jakarta Kelapa menduduki peringkat ke-4 sebagai sumber devisa negara yang cukup besar setelah sawit, karet dan kakao. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga triwulan ke-2 2020, ekspor kelapa Indonesia sebesar 988,3 ribu ton atau senilai USD519,2 juta.

Angka volume ekspor tersebut tercatat meningkat 16% dan 17% dari sisi nilai ekspor dibandingkan periode yang sama pada 2019. Saat ini sebagian besar petani kelapa memproduksi kelapa dalam bentuk kopra sedangkan potensi produk turunan kelapa lainnya, baik produk utama maupun produk samping sangat besar.

Berkaitan dengan komoditas itu, dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional 2020 digelar FGD Peningkatan Akses Pasar serta Pengembangan Produk Utama dan Produk Samping Kelapa Berbasis Kelompok Tani, di Manado pada 24 September 2020.

Tujuan digelarnya FGD secara virtual itu untuk menggali potensi produk turunan kelapa di provinsi sentra produksi kelapa serta memenuhi kebutuhan pasar dunia melalui kemitraan produksi dan pemasaran.

Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono dalam sambutan dan pembukaan acara mengatakan, melalui FGD tidak hanya membahas persoalan nilai tambah produk kelapa tapi bagaimana mencari pasar dan meningkatkan akses pasarnya.

"Untuk itu kami mengundang perwakilan dari ITPC Chennai India dan ITPC Shanghai China membicarkan potensi pasar dan hambatan ekspor produk kelapa Indonesia terutama di masa pandemi Covid-19 karena China dan India adalah dua negara tujuan ekspor terbesar kelapa Indonesia," kata Kasdi.

Direktorat Jenderal Perkebunan terus melakukan upaya-upaya akselerasi peningkatan ekspor tiga kali lipat (Gratieks) melalui peningkaran produksi, nilai tambah dan daya saing (Grasida), tentunya dengan mengedepankan penguatan kelompok tani berbasis korporasi petani di kawasan pengembangan.

"Melalui penguatan kelembagaan petani ini akan ada jaminan standarisasi kualitas dan keberlanjutan usaha hingga peningkatan kesejahteraan petani sebagai outcome yang harus kita tuju. Terakhir kami berharap tercapainya kesepakatan kerjasama pada FGD kelapa yang akan ditandatangani mampu mendorong percepatan ekspor sehingga pada triwulan ke-4 tahun 2020, perekonomian negara dapat terdongkrak naik untuk mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi terutama di sektor pertanian,"kata Kasdi lagi.

 

Hal senada juga disampaikan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi dalam pemaparannya. Dia mengatakan bahwa tantangan pengembangan kelapa nasional tidak hanya persoalan produktivitas, tetapi juga nilai tambah sangat butuh perhatian besar.

Di tengah pandemi ini, pada hakikatnya produk kelapa seperti VCO semakin meningkat kebutuhannya karena memiliki kandungan antioksidan yang baik untuk daya tahan tubuh. Tentunya perlu inovasi yang lebih baik lagi di sisi petani dan pelaku usaha, agar produk kelapa ini mendapat branding yang positif dalam hal pemasarannya.

Juga sabut kelapa yang memiliki potensi sangat besar untuk bahan baku industry jok dan dashboard kendaraan, media tanaman dan alat rumah tangga lainnya. Ditambahkan Dedi Junaedi bahwa peningkatan daya saing produk perkebunan khususnya kelapa dapat dilakukan.

Selain melalui kegiatan promosi juga melalui upaya diplomasi perundingan baik dalam skema PTA, FTA maupun CEPA yang sedang berjalan dan akan dilakukan upaya inisiatif baru dengan negara lain secara bilateral dan regional.

Teknologi Informasi akan menjadi suatu kepatutan dalam sistem perdagangan komoditas ekspor. Penggunaan IT dalam bentuk marketing online platform juga diharapkan dapat mendukung untuk setiap aktivitas promosi.

FGD kelapa ini juga menghadirkan para narasumber berkompeten dalam bidangnya seperti Direktur Eksekutif International Coconut Community (ICC), Kepala Dinas Perkebunan Prov. Sulawesi Utara, Kepala Bappeda Prov. Sulawesi Utara, Kepala Balai Penelitian Kelapa dan Palma (Balit Palma), Ketua Umum Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI), Kepala ITPC Chennai India, Kepala ITPC Shanghai China dan pelaku usaha VCO, Direktur Utama PT. Kepala Biru Nusantara.

Pada bagian akhir, Dedi Junaedi dan Refly Ngantung selaku Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara menyaksikan secara langsung proses penandatanganan 16 Kesepakatan Kerja Sama/MoU Pengembangan Kemitraan Pemasaran Produk Kelapa Berkelanjutan Berbasis Korporasi Petani Di Provinsi Sulawesi Utara.

Kerja sama iti antara Presiden Direktur PT. Mahligai Indococo Fiber (Pelaku usaha Sabut Kelapa dari Bandar Lampung) dengan delapan ketua kelompok tani kelapa prov. Sulawesi Utara, serta Presiden Direktur PT. Kelapa Biru Nusantara (Pelaku usaha VCO dari Pasuruan, Jawa Timur) dengan delapan ketua kelompok tani kelapa Sulawesi Utara.

 

(*)

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya