Transaksi Digital Perbankan Melonjak, BRI Jalin Kolaborasi Strategis Perangi Kejahatan Siber

BRI menyambut baik pembentukan Komite Kerja Cyber Security oleh Perhimpunan Bank Umum Nasional.

oleh Gilar Ramdhani pada 13 Okt 2020, 12:19 WIB
Diperbarui 13 Okt 2020, 12:19 WIB
Transaksi Digital Perbankan Melonjak, BRI Jalin Kolaborasi Strategis Perangi Kejahatan Siber
Direktur Digital, Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Utoyo.

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menyambut baik pembentukan Komite Kerja Cyber Security oleh Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) di Jakarta beberapa waktu lalu. Keberadaan komite kerja ini diharapkan menjadi motor dalam upaya memerangi kejahatan siber (cyber crime) yang kerap menyerang industri perbankan di Indonesia.

Direktur Digital, Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Utoyo sekaligus Ketua Bidang Operation, Technology, dan Regulatory Reporting PERBANAS yang hadir dalam acara tersebut mengatakan kerja sama antar-bank untuk melawan kejahatan siber sangat diperlukan, apalagi di tengah segala keterbatasan yang muncul akibat pandemi Covid-19.

Turut hadir dalam acara tersebut Direktur Deteksi Ancaman BSSN Sulistyo, Wadirtipidsiber Bareskrim Polri Kombes Pol. Suyudi Ario Seto, Direktur Teknologi Informasi ITB Arry Akhmad Arman, CISO BRI Muharto dan EVP Center of Digital BCA Weni Sabu.

Akibat pandemi, pertumbuhan transaksi dan penggunaan kanal digital perbankan melonjak signifikan. Hal ini diikuti dengan munculnya resiko-resiko keamanan baru seperti terjadinya kejahatan siber.

“Kami lihat perkembangan digital ini berdampak pada dua hal. Pertama, kami excited bisa melakukan berbagai inovasi yang menarik. Namun juga di sisi lain adalah scary-nya. Memang risiko-risiko baru muncul bersamaan dengan pertumbuhan yang eksponensial,” ujar Indra.

 

Era Open Banking

Karena pandemi dan revolusi industri 4.0, maka transformasi layanan ke dalam bentuk digital menjadi keharusan bagi industri keuangan khususnya perbankan. Hal ini membuat sentrum transaksi dan layanan perbankan tidak lagi terjadi di kantor-kantor bank, tetapi bergeser ke gawai masing-masing nasabah.

“Ketika masuk ke era open banking, kita masuk kepada eranya hyperr collaboration. Ini di satu sisi adalah opportunity, tapi di sisi lain membawa eksposur kepada risiko yang jauh lebih besar. Tentu kita harus betul-betul mengantisipasinya dengan baik, melakukan governance yang jauh lebih baik, risk management yang tentu berbeda, dan juga compliance,” katanya.

Untuk memperkuat pengamanan layanan digital, BRI senantiasa melakukan edukasi dan sosialisasi kepada para nasabah agar lebih sadar akan pentingnya menjaga kerahasiaan data pribadi mereka. Langkah ini diharap bisa meminimalisir terjadinya tindak kejahatan berupa pencurian data nasabah oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

BRI juga terus berupaya mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap keamanan layanan digital perseroan. Tanpa kepercayaan yang kuat, layanan yang dimiliki BRI tidak akan maksimal menjangkau seluruh nasabah.

“Penting bagi kami untuk menghadirkan digital trust ini kepada nasabah karena trust is the heart of customer experience. Di era ini, kami harus menata lagi business continue to management, melakukan skenario testing untuk menghadapi berbagai skenario-skenario dari serangan, melakukan aksi cepat ketika terjadi serangan, komunikasi dengan bahasa simpel, dan menata keamanan teknologi secara berlapis-lapis,” pungkasnya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya