Gerakkan Ekonomi Masyarakat, KKP Genjot Budidaya Ikan Patin dan Lele

KKP) terus mendorong produksi budidaya ikan air tawar di masyarakat.

oleh Athika Rahma diperbarui 26 Okt 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2020, 12:00 WIB
Komoditas unggulan baru berupa spesies ikan patin "luar biasa" yang dinamakan Patin Perkasa
Komoditas unggulan baru berupa spesies ikan patin "luar biasa" yang dinamakan Patin Perkasa (dok: KKP)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong produksi budidaya ikan air tawar di masyarakat.

Usaha budidaya ikan air tawar seperti patin dan lele menjadi populer di kalangan pembudidaya karena waktu pemeliharaan yang relatif singkat dengan modal yang terjangkau serta memiliki pasar yang cukup luas karena digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menyatakan, gairah masyarakat untuk melakukan usaha budidaya menunjukkan nilai strategis dari perikanan budidaya sebagai pemasok kebutuhan pangan masyarakat berbasis ikan dan penggerak ekonomi nasional.

"Pertumbuhan produksi perikanan nasional yang terus naik, menunjukkan kebutuhan masyarakat akan protein hewani yang terus meningkat. Untuk itu, KKP terus mendorong kegiatan usaha budidaya di masyarakat yang dijalankan secara bertanggunjawab dan berkelanjutan," ujar Slamet dalam pernyataan resmi, Senin (25/10/2020).

Menurut data sementara, produksi komoditas utama perikanan budidaya air tawar di tahun 2019 mencapai 3,4 juta ton.

Slamet juga mengimbau kepada usaha budidaya ikan yang dilakukan masyarakat hendaknya menerapkan praktik budidaya yang efisien dan berwawasan lingkungan.

Pembudidaya diharapkan dapat terus mendukung program pemerintah seperti Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) maupun Cara Pembuatan Pakan Ikan yang Baik (CPPIB) guna meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan.

"Dengan komunikasi dan koordinasi yang baik antar sesama pembudidaya maupun dengan tim teknis dan dinas perikanan setempat akan mewujudkan keberlanjutan usaha dan kesejahteraan bersama," imbuh Slamet.

Menyambung apa yang dikatakan Slamet, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Boyun Handoyo menyatakan, Kampung Patin di Desa Koto Masjid merupakan salah satu contoh proses budidaya yang terintegrasi mulai dari hulu hingga ke hilir, yakni mulai dari pembenihan, pembesaran, hingga pasca panen.

Sebagai informasi, tingkat produksi patin konsumsi di Kampung Patin mencapai 3-5 ton perhari. Selain menghasilkan panen ikan segar, masyarakat Kampung Patin juga mampu mengolah hasil panen dengan membuat salai Ikan Patin dengan kapasitas produksi mencapai 10 ton per hari.

"Guna mendukung produktivitas masyarakat, BPBAT Sungai Gelam secara aktif melakukan pembinaan dan menyalurkan bantuan berupa calon induk unggul dan penerapan inovasi teknologi penetasan dengan menggunakan corong pada Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang ada di Kampung Patin," tambah Boyun.

Boyun menilai bantuan calon induk yang disalurkan merupakan program strategis dari KKP yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan calon induk unggul yang akan menghasilkan benih bermutu yang beredar di masyarakat.

Adapun menurut data KKP, hingga bulan September 2020 BPBAT Sungai Gelam telah menyalurkan bantuan calon induk ikan air tawar seperti patin, lele, mas maupun nila sebanyak 7.160 ekor.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pembenihan Ikan Lele

Ilustrasi ikan lele
Ilustrasi ikan lele (Sumber: Istockphoto)

Sementara itu terkait Kampung Lele yang berada di desa Hangtuah, Boyun menyampaikan, kampung tersebut telah berkembang sangat pesat menjadi pusat pembenihan ikan lele terbesar di pulau Sumatera. Ia mencatat UPR yang ada saat ini mencapai kurang lebih 300 unit dengan kapasitas produksi mencapai 10 juta ekor per bulan.

"Melihat potensi yang cukup bagus, selain rutin kami berikan bantuan calon induk unggul, tahun ini kami juga memberikan bantuan Revitalisasi UPR yang merupakan salah satu program prioritas KKP pada tahun 2020," pungkas Boyun.

Ketua Pokdakan Karya Mina Mandiri, Gatot yang merupakan penerima bantuan revitalisasi UPR tahun 2019 merasa bantuan ini memberikan pengetahuan yang baru bagi masyarakat Kampung Lele.

Gatot menjelaskan bahwa keuntungan yang didapatkan dari pembenihan ikan lele ini dapat mencapai hingga 200 persen. Hasil produksi tersebut didistribusikan ke wilayah Pekanbaru Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Sumatera Barat dan wilayah Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

"Kami menghaturkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP atas bantuan dan bimbingan yang diberikan untuk kemajuan kelompok kami dan masyarakat Kampung Lele pada umumnya," tutup Gatot.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya