Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani mengatakan, kunci sukses membagikan tiga tips jitu untuk menjadi seorang pebisnis handal.
Pertama ialah mampu menikmati proses, mengingat setiap kegiatan berusaha kerap dihadapkan pada kondisi tak menentu dalam proses meraih kesuksesan.
"Yang bisa saya sampaikan memang setiap bisnis itu ada circlenya ada masa mulainya, puncaknya, turunnya itu ada masa circlenya. Jadi kita harus nikmati prosesnya, itu kuncinya," ujar dia dalam Festival UMKM oleh Kumparan, Rabu (28/10).
Advertisement
Kedua, menjadi seorang pengusaha ulung juga harus mampu membaca tren pasar. Menyusul tren pasar bersifat dinamis sehingga dapat pebisnis dituntut adaptif untuk menghadapi situasi dilapangan yang dengan cepat akan berubah-ubah.
"Kita mesti melihat ini baru di tren awal atau udah mulai puncak atau malah menurun. Jadi tidak serta merta kalau lagi ngetren ayo kita masuk ke sana, jadi mesti pintar melihat trennya," paparnya.
"Kalau saya sih lebih banyak ke bisnis yang tidak lagi ngetren. Karena kita coba masuk ke dunia usaha yang mungkin belum saatnya ngetren tetapi kita lihat prospeknya masih ada," imbuh dia.
Terakhir, berani mengambil resiko. Menyusul kegagalan adalah sebuah hal yang lumrah dalam berbagai kegiatan berusaha.
"Yang paling penting yang tadi pak Erick (Menteri BUMN) bilang kita dunia usaha itu memang harus berani melangkah mengambil risiko. Karena kalau pengusaha tidak berani melangkah ya jangan jadi pengusaha," tegasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cerita Kelam Erick Thohir, Pernah Utang ke Ketua Kadin demi Selamatkan Bisnis
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjadi pembicara utama dalam acara Festival UMKM oleh Kumparan, Rabu (28/10/2020).
Dalam acara tersebut, dia banyak bercerita tentang perjuangannya untuk menjadi pengusaha sukses. Salah satunya pernah meminjam uang pada Ketua Umum KADIN, Rosan P Roeslani yang juga menjadi sahabat karibnya.
Erick mengatakan, keputusannya untuk meminjam uang terpaksa dilakukan demi menyelamatkan bisnis medianya yang sempat mengalami kesulitan keuangan pada tahun 2004-2006 lalu.
"Saya saa itu di 2004 dan 2006 saya sangat kesulitan. Karena memang over ekspansi. Dan mohon maaf kalau di bisnis media kaya kita ini kan, orang bayar iklan belakangan. Bukan berarti iklannya naik langsung dibayar, ya paling 30 persen nanti 70 persen di bayar belakangan. Jadi, kita over ekspansi waktu itu," cerita Erick.
Erick Thohir menjelaskan saat itu dia hanya mempunyai tiga pilihan untuk segera menyelamatkan bisnis medianya. Yakni melakukan perampingan pegawai atau menutup bisnis perusahaan, melakukan pinjaman dana bank, dan mencoba berbagai cara lain, seperti meminjam uang ke sejumlah sahabatnya termasuk Rosan.
"Waktu itu saya harus melepas juga seluruh hobby-hobby saya, mau mobil tua, lukisan. Dan saya ingat juga saya pinjam uang secara pribadi waktu itu dan saya balikin, ke Mas Rosan dan alm Andre dalam satu bulan, saya ingat betul," jelasnya.
Oleh karena itu, dia meminta pelaku usaha untuk harus lebih berani mengambil risiko dalam berbagai kondisi. Sehingga dapat menyelamatkan bisnis perusahaan termasuk melindungi hak karyawan.
"Karena memang kita pengusaha ya punya risiko membuka lapangan kerja, selain juga mengembangkan bisnis. Jadi memang di masa krisis itu kita harus berani mengambil keputusan, tapi yakinlah kalau kalian bekerja dan produk yang di kembangkan ada marketnya dan bisa terima tetep jalankan. itulah challengd kita pengusaha," tutur Erick Thohir.
Merdeka.comÂ
Advertisement