Perusahaan Ritel Ini Pecat Ratusan Robot dan Kembali Pekerjakan Manusia

Sebelumnya pada beberapa cabang Walmart, konsumen bisa melihat kehadiran robot yang mengelilingi toko dan mengecek ketersediaan barang di rak-rak toko.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Nov 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2020, 18:00 WIB
Walmart
Walmart.

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan ritel asal Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk kembali menggunakan jasa manusia di tokonya dan memutus kontrak dengan perusahaan penyedia robot, Bosa Nova Robottics.

Sebelumnya pada beberapa cabang Walmart, konsumen bisa melihat kehadiran robot yang mengelilingi toko dan mengecek ketersediaan barang di rak-rak toko.

Namun tak lama lagi, sepertinya pemandangan itu tidak akan terlihat lagi. Berdasarkan laporan dari Wall Street Journal, perusahaan retail tersebut akhirnya memutuskan untuk mengakhiri kontrak dengan perusahaan robotik yang memproduksi robot-robot tersebut. Perusahaan menyadari bahwa tenaga kerja manusia juga dinilai mampu melakukan kinerja serupa.

Juru bicara Walmart, seperti melansir CNBC, Selasa (3/11/2020), mengatakan bahwa 500 robot sudah beroperasi di 4.700 toko saat kontrak diakhiri.

Keputusan tak lagi memakai robot karena Walmart melihat perkembangan secara signifikan selama pandemi Covid-19 berlangsung. Banyak orang Amerika memborong tisu toilet, produk kalengan, puzzle, dan masih banyak lagi.

Penjualan online dari perusahaan ini juga hampir berlipat ganda di kuartal dua, saat banyak konsumen mulai memilih mengirimkan pembelian langsung ke rumahnya masing-masing.

Pola konsumen tersebut pun menjadi tantangan bagi Walmart untuk secara cepat bisa mengisi ulang dan memeriksa persediaan barang serta memastikan mereka mengirimkan barang yang sesuai.

 

 

 

Saksikan video di bawah ini:

Ubah Cara Bisnis

Kabur dari Rumah, Remaja 14 Tahun Ngumpet di Supermarket 2,5 Hari
Walmart Texas. (Texas Tribune)

Pada wawancaranya di acara CNBC "Squawk Box", CEO Walmart, Doug Mcmillon menyatakan bahwa kehabisan persediaan secara sporadis terus menjadi sebuah isu.

Jika dirinya bisa mengubah satu hal dari bisnisnya itu, adalah "mempunyai tingkat persedian yang jauh lebih banyak lagi", ujar Mcmillon.

Daripada menggunakan tenaga robot, Walmart telah mendapatkan sebuah solusi yang jauh lebih sederhana dan efektif untuk mengatur persoalan persediaan di penyimpanan di toko.

Laporan tersebut menyatakan bahwa, John Furner (kepala eksekutif Walmart AS ) khawatir dengan respon para pengunjung saat melihat keberadaan dari robot-robot ini.

Walmart sendiri sudah menyatakan untuk menekan percobaan perusahaan terhadap implementasi teknologi pada bisnisnya.

Bahkan minggu lalu, perusahaan bisnis retail ini mengatakan ingin mengubah 4 cabang tokonya menjadi laboratorium e-commerce, yang berguna untuk menguji berbagai peralatan digital dan strategi agar bisa mempercepat penyetokan ulang persediaan serta memenuhi pesanan online.

 

Reporter:  Yoga Senjaya Putra

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya