Simak, Strategi Pemerintah Bangkit dari Resesi

Indonesia resmi mengalami resesi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi terkontraksi 3,49 persen di kuartal III 2020

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 06 Nov 2020, 17:45 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2020, 17:45 WIB
FOTO: Indonesia Dipastikan Alami Resesi
Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia resmi mengalami resesi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi terkontraksi 3,49 persen di kuartal III 2020. Resesi ini terjadi setelah pada triwulan sebelumnya ekonomi nasional juga tumbuh negatif 5,32 persen.

Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo mengatakan, pemerintah telah menyiapkan berbagai skema untuk mengantisipasi pelemahan ekonomi pada kuartal IV 2020 dan seterusnya. Rencana tersebut sudah diutarakan Menteri Keuangan Sri Mulyani pasca BPS mengumumkan Indonesia resesi.

"Strateginya sama seperti dalam press statement oleh Bu Menteri Keuangan (Sri Mulyani)," kata Yustinus kepada Liputan6.com, Jumat (6/11/2020).

Sri Mulyani sebelumnya menyatakan, vaksin menjadi kunci utama pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya. Proses vaksinasi akan meyakinkan masyarakat untuk kembali bergerak di luar rumah, sehingga perputaran konsumsi rumah tangga bakal kembali tumbuh.

"Pemberian vaksin diharapkan akan mampu mengembalikan tren konsumsi rumah tangga, terutama kelas menengah atas. Sehingga perbaikan diharapkan dan diyakini akan terjadi pda kuartal IV (2020) dan seterusnya," ujar Sri Mulyani.

Berbagai kebijakan baik dari sisi fiskal maupun dukungan pembiayaan juga terus digelontorkan untuk mendorong kegiatan sektoral dan di daerah. Hal tersebut dicantumkan dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan akan membantu Indonesia bangkit dari resesi.

"Demikian juga dengan kebijakan moneter, yang bersama-sama dengan kami melakukan upaya untuk pemulihan ekonomi nasional," sambung Sri Mulyani.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Stabilitas Sektor Keuangan

IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Tumpukan uang kertas pecahan rupiah di ruang penyimpanan uang "cash center" BNI, Kamis (6/7). Tren negatif mata uang Garuda berbanding terbalik dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai bangkit ke zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk menjaga stabilitas sektor keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi. Berbagai kemudahan berusaha dan upaya di dalam program struktural akan dilakukan dalam rangka memperbaiki kinerja perekonomian, terutama di sektor riil dan jasa.

Bendahara Negara ini menyampaikan, pemerintah berupaya untuk terus memaksimalkan penyerapan belanja negara hingga akhir 2020. Adapun merujuk pada laporan BPS, angka belanja APBN 2020 hingga kuartal ketiga tercatat meningkat signifikan.

"Penyerapan belanja APBN 2020 terus akan diakselerasi seiring fenomena positif dari kegiatan ekonomi kita. Dalam hal ini program Pemulihan Ekonomi Nasional untuk jaga daya beli masyarakat akan diteruskan," ungkapnya.

"Dengan demikian kuartal IV ini kita akan dorrong agar pelaksanaan belanja daerah dan pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional yang terus diakselerasi akan didorong untuk tingkatkan momentum pembalikan ekonomi di kuartal IV," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya