Harga Ayam Jatuh Padahal Konsumsi Stabil, Ternyata Ini Penyebabnya

Akibat lemahnya kemampuan peternak ayam dalam melakukan penetrasi pasar, maka dibutuhkan jasa perantara.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2020, 19:53 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2020, 19:45 WIB
20161130-Produksi-Telur-Ayam-FF1
Pekerja mengambil telur yang dikumpulkan di sebuah wadah di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (30/11). Peternakan ayam tersebut memproduksi telur ayam mencapai satu ton telur per hari dari 20 ribu ekor ayam. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), Nasrullah, membeberkan penyebab anjloknya harga ayam hidup di tengah pandemi Covid-19. Khususnya di peternakan mandiri ataupun peternakan rakyat.

Menurutnya, hal ini diakibatkan oleh lemahnya kemampuan peternak terkait penetrasi pasar dalam negeri yang sangat dinamis.

"Kenapa harga livebird hancur, tetapi posisi di tingkat konsumsi stabil? Pertama, posisi peternak belum kuat, khususnya peternak mandiri dan rakyat. Sehingga daya tawar peternak kita lemah terhadap pasar," tuturnya dalam webinar bertema "Menata Ulang Industri Perunggasan yang Berdaya Saing" Rabu, (11/11).

Nasrullah mengatakan, akibat lemahnya kemampuan peternak ayam dalam melakukan penetrasi pasar, maka dibutuhkan jasa perantara. Sehingga mengurangi nilai ekonomis yang dimiliki oleh peternak.

"Karena tidak ada peternak yang langsung akses ke market. Jadi, diperlukan oleh 2 sampai 3 tingkat (perantara) menuju market. Posisi ini sebelum sampai ke end user ini membutuhkan margin. Sehingga mau tak mau, peternak tidak bisa menkenan harga di konsumen," paparnya.

Di sisi lain, dia menilai, dari segi kebijakan bahwa pertumbuhan harga pokok produksi (HPP) livebird lebib kencang dari pertumbuhan livebird sendiri. Alhasil permasalahan disparitas harga menjadi tidak dapat dicegah.

Oleh karena itu, pihaknya mendorong kerja sama yang lebih intens antar kementerian dan lembaga terkait untuk menghasilkan solusi tepat. Juga meminta masukan dari akademi maupun pakar di bidang terkait untuk menghasilkan kebijakan yang tepat sasaran bagi peternak ayam.

"Kondisi sekelumit tadi itu berdampak ke semua. Sampai kita tidak tau lagi benang kusutnya dimana, sehingga perlu dukungan pakar," tambahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Peternak Gulung Tikar

FOTO: Harga Telur Ayam
Peternak ayam petelur Madsai (41) mengambil telur yang siap dikirim ke pasar di Desa Pengasinan, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/10/2020). Harga telur eceran sempat mencapai Rp 24 ribu per kilogram, sekarang turun Rp 18,500 per kilogram. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Sebelumnya, Asosiasi Masyarakat Peternak Sumatera Selatan memperkirakan sebagian besar usaha peternakan ayam di Palembang bakal gulung tikar atau bangkrut dalam beberapa pekan ke depan. Salah satunya dipicu pelemahan daya beli masyarakat akibat penyebaran virus corona.

Ketua Asosiasi Masyarakat Peternak Sumatera Selatan, Ismaidi Chaniago mengatakan, harga ayam yang terus anjlok juga membuat peternak ayam, khususnya peternak kecil tidak dapat bertahan lagi dalam kondisi ini

"Perkiraan kami, nanti habis Lebaran pada tutup semua. Yang tersisa tinggal peternak ayam yang besar saja. Saat itu terjadi, maka harga ayam akan melonjak tajam," kata Ismaidi.

Dia mengatakan, harga jual ayam di kandang saat ini hanya Rp 12.000 per Kg, sehingga harga di pasar tradisional hanya berkisar Rp 22.000 per Kg

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya