Liputan6.com, Jakarta - Momentum Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 11.11 diharapkan mampu mengungkit daya beli masyarakat di tengah pandemi covid-19 untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional.
Ketua Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Muhammad Ikhsan Ingratubun menilai, UMKM atau penjual menyambut baik momen ini. Sebab, selama pandemi memang ada tren digitalisasi yang masif, termasuk berbelanja online. Dengan Adanya Harbolnas ini diharap semakin meningkat lagi.
“UMKM menyambut baik kalau kaitannya dengan belanja online. Karena memang dalam masa pandemi ini kan peningkatan signifikan,” kata Ikhsan kepada Liputan6.com, Rabu (11/11/2020).
Advertisement
Dalam catatannya, ada sekitar 13 hingga 15 persen UMKM atau pemain baru yang bergabung dalam marketplace. Secara total, ada 25 persen UMKM yang menjajakan produknya secara online melalui berbagai platform, seperti instagram, facebook, termasuk marketplace, dan sebagainya.
“Sekarang sudah ada sekitar 25 persen yang sudah masuk dalam penjualan lewat online. Baik itu yang lewat marketplace juga melalui independen, artinya melalui instagram dan sebagainya,” ujar Ikhasan.
Meski dalam situasi pandemi, Ikhsan mengatakan antusiasme masyarakat untuk berbelanja online masih cukup tinggi. Hal ini merujuk pada peningkatan jumlah penjual online. Di sisi lain, transaksi online merupakan alternatif yang paling aman untuk saat ini. Oleh sebab itu, dengan adanya Harbolnas diharapkan bisa semakin meningkat.
“Apalagi kalau dibarengi dengan diskon khusus, itu masih merangsang pembeli,” kata dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Harbolnas 11.11 Bisa Dongkrak Daya Beli Masyarakat, Benarkah?
Sebelumnya, Melalui Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 11.11, pemerintah berharap adanya kenaikan daya beli masyarakat. Hal ini utamanya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2020.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira beranggapan, Harbolnas ini penting untuk mendorong belanja kelas menengah dan atas.
Bhima mencatat, secara total konsumsi rumah tangga kelompok menengah dan atas mencapai 83 persen dari total konsumsi nasional. “Apalagi di tengah perubahan perilaku konsumen untuk lebih banyak konsumsi barang secara online,” kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (11/11/2020).
Berdasarkan data Wearesocial, Bhima menyebutkan pandemi covid-19 membuat pertumbuhan e-commerce di Indonesia meningkat hingga 31 persen. Namun, yang menjadi catatan adalah daya beli masyarakat menengah kebawah yang masih rendah. Sehingga kemampuan beli barang secara online tidak setinggi tahun lalu meskipun ada diskon.
“Share dari e-commerce terhadap total retail meskipun naik tapi baru di angka 5 persen. Artinya masyarakat masih dominan belanja di pasar tradisional, supermarket, dan minimarket,” kata Bhima.
Selain itu, Bhima menyebutkan keterlibatan UMKM yang masih sedikit menjadi penyebab Harbolnas 11.11 ini tak terlalu efektif untuk mengungkit daya beli masyarakat.
“Keterlibatan UMKM masih terbatas, karena baru 13 persen UMKM yang bergabung ke platform digital. Sisanya masih andalkan cara-cara pemasaran konvensional. E-commerce juga masih didominasi oleh barang impor, sehingga dampak ke ekonomi nasional masih terbatas," tukas Bhima.
Advertisement