Prabowo Akui Komunikasi Pemerintah Masih Kurang Terbuka

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa alasan utama di balik pendekatan komunikasinya itu berasal dari filosofi pribadi yang ia anut yakni evidence-based performance atau kinerja berbasis bukti.

oleh Tira Santia Diperbarui 08 Apr 2025, 15:03 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2025, 14:35 WIB
Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI
Presiden Prabowo Subianto dalam acara Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI: Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Nasional, di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (8/4/2025). (Tira/Liputan6.com) ... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menyampaikan refleksi mendalam tentang pendekatan kepemimpinannya, terutama terkait dengan kritik publik atas gaya komunikasinya yang dinilai masih kurang terbuka.

Prabowo secara jujur mengakui bahwa sejak beberapa minggu terakhir ia menyadari bahwa komunikasi dari pemerintah yang ia pimpin memang masih kurang. Ia tidak mencari pembenaran, tetapi justru menyebut hal itu sebagai tanggung jawab pribadi.

"Kemarin saya sadar, beberapa minggu lalu sudah mulai sadar bahwa komunikasi dari pemerintah yang saya pimpin emang agak kurang, dan itu adalah tanggung jawab saya," kata Prabowo dalam acara Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI: Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Nasional, di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (8/4/2025).

Filosofi Pribadi Prabowo

Lebih lanjut, Prabowo menyampaikan bahwa alasan utama di balik pendekatan komunikasinya itu berasal dari filosofi pribadi yang ia anut yakni evidence-based performance atau kinerja berbasis bukti. Prabowo menjelaskan bahwa ia tidak menyukai banyak berbicara tanpa dasar.

"Saya ingin menyampaikan penjelasan kenapa, karena saya menganut filosofi 'Evidance base perfomance'. Jadi, saya enggan bicara tanpa bukti nyata, itu sifat saya. Jadi saya harus selalu dinilai oleh hasil yang saya lakukan, prestasi yang saya lakukan," ujarnya.

Prinsip ini juga menjadi dasar dalam cara dia menilai dan memilih rekan-rekan kerja di kabinet dan timnya. Bagi Prabowo, yang paling utama bukanlah latar belakang politik, agama, suku, ataupun keluarga seseorang, melainkan dedikasi, prestasi, dan niat pengabdian.

“Saya benar-benar tidak pernah tanya apakah waktu saya seleksi menteri-menteri ini dari partai mana, orang tuanya siapa, sukunya apa, agamanya apa. Kan gak pernah. Saya hanya melihat dari pengabdian mereka, prestasi mereka, energi mereka, dan niat mereka,” tegasnya.

 

Prabowo Ungkap Alasannya Sering Diejek

Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI
Presiden Prabowo Subianto dalam acara Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI: Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Nasional, di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (8/4/2025). (Tira/Liputan6.com)... Selengkapnya

Presiden Prabowo juga mengungkapkan bagaimana dirinya sering menjadi sasaran ejekan publik, terutama karena tidak tampil sering di hadapan media. Namun ia menganggap hal tersebut sebagai bagian dari risiko yang harus ia terima.

Istilah “omon-omon” (omong kosong) bahkan kini menjadi populer di tengah masyarakat, yang menurutnya lahir dari kejujuran dan kekesalannya terhadap gaya politik yang hanya berisi kata-kata tanpa aksi nyata.

"Nah dan saya percaya, saya berpendapat rakyatpun akan menilai dengan hasil, saya memang sering diejek karena saya membuka kesempatan untuk diejek. Saya gak suka orang yang hanya omon-omon, akhirnya omon-omon menjadi populer dipakai di seluruh Indonesia. Saya gak suka hanya omon-omon terus terang saja," ujarnya.

Lebih lanjut, Prabowo membagikan cerita tentang bagaimana sejak penetapan dirinya sebagai pemenang oleh KPU, ia dan tim kecilnya langsung bekerja dalam diam.

"Begitu saya ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU, saya mengumpulkan tim kecil dan kita mulai bekerja. Lima bulan kita kerja terus tanpa diliput media, kadang-kadang diliput media kerjanya jadi sulit, akrena media ingin bukti seketika," ujar Prabowo.

Tahapan Sistematis Mulai Perencanaan

Menurutnya, pembangunan membutuhkan tahapan yang sistematis, mulai dari perencanaan yang matang, pengumpulan data yang akurat, seleksi sumber daya manusia yang tepat, hingga pelaksanaan yang disiplin dan konsisten.

Bahkan setelah pelaksanaan pun, butuh waktu untuk melihat hasilnya. Ia mengibaratkan proses tersebut seperti menanam pohon.

"Gak bisa kita tanam pohon kita minta buahnya turun lusa, tidak mungkin, ini melawan hukum alam. Kita cari benih yang abgus, tanah yang baik, harus ada sumber air, cuaca yang baik, kita tanam dan rawat. Mungkin hasilnya 5-6 tahun," ujarnya.

 

3 Hal Utama Kerja Pemerintahan yang Baik

Presiden Prabowo Subianto menghadiri sarasehan ekonomi di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta.
Presiden Prabowo Subianto menghadiri sarasehan ekonomi di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta. Acara tersebut pun turut mengundang berbagai kalangan strategis, mulai dari ekonom, perwakilan investor, pemimpin redaksi media, hingga masyarakat umum. (Istimewa)... Selengkapnya

Prabowo menekankan bahwa kerja pemerintahan yang baik membutuhkan tiga hal utama, yakni perencanaan, pemilihan personel yang tepat, dan pelaksanaan yang konsisten.

"Jadi dibutuhkan perencanaan, pemilihan personalia, pelaksaan yang ebnar dan keteguhan, ketabahan, dan kesabaran. Jadi, waktu kita ambil alih Pemerintahan kita bekerja keras karena persiapannya sudah baik dan kita sudah punya strategi dan keyakinan apa yang harus dilakukan," ujarnya.

Tak hanya itu, ia juga menegaskan komitmennya terhadap transparansi. Salah satu bukti nyata adalah telah disusunnya 'Buku Strategi Transformasi Bangsa', yang kini telah disebarluaskan ke publik.

Buku tersebut, kata Prabowo, memuat secara gamblang dan terbuka arah kebijakan pemerintahan yang akan ia pimpin.

"Kami sangat terbuka, sangat transparan, kami buat buku strategi transformasi bangsa, kita sebarkan. Disitu jelas dan gamblang dasar-dasar Pemerintah yang saya pimpin, dasarnya Pancasila dan UUD 1945," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya