Punya Potensi Besar, Geothermal Bisa jadi Energi Utama Pembangkit Listrik

Perlu adanya insentif dan komitmen dari pemerintah dalam pemanfaatan geothermal sebagai energi utama untuk pembangkit listrik.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Nov 2020, 14:51 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2020, 14:51 WIB
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) optimis Proyek PLTP Karaha yang berada di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, akan beroperasi komersial akhir bulan ini. (Dok PGE)
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) optimis Proyek PLTP Karaha yang berada di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, akan beroperasi komersial akhir bulan ini. (Dok PGE)

Liputan6.com, Jakarta - Utilisasi dari kapasitas terpasang panas bumi atau geothermal di Indonesia untuk pembangkit listrik masih dapat dioptimalkan dalam masa pandemi covid-19.

Untuk meningkatkan pemanfaatan tersebut, SVP Strategic & Investment Pertamina Daniel Purba mengatakan perlu adanya insentif dan komitmen dari pemerintah dalam pemanfaatan geothermal sebagai energi utama untuk pembangkit listrik (base load).

Dalam paparannya, Daniel menyebutkan pemanfaatan energi terbarukan masih rendah. Untuk geothermal, pemanfaatannya 2,13 GW atau 8,9 persen dari potensinya 23,9 GW.

“Potensi kita cukup besar. Tentunya ini challenge-nya adalah dari sisi keekonomian project-nya. Karena cadangan-cadangan energi yang sangat besar ini untuk bisa diwujudkan untuk menjadi energi yang bisa dikonsumsi membutuhkan index investment yang tidak kecil,” kata dia dalam webinar INDEF - Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021, Senin (30/11/2020).

Saat ini, kapasitas geothermal yang terpasang oleh Pertamina totalnya sudah 670 MW. Sementara target 5 tahun mendatang, Pertamina akan melipatgandakan kapasitas yang sekarang menjadi 1,3 GW.

“Indonesia memang secara global ini ada di rank kedua, dibawah Amerika dengan total kapasitas yang ada diatas 2 GW, dan saya kira ini akan terus berkembang ke depan meskipun kalau dilihat kapasitas ini hanya 8,9 persen yang baru termonetize,” kata Daniel.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Mengenal Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Pertama di Indonesia

20160330- Progres Pembangun PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso-Sulut-Faizal fanani
Tiang pemancang terpasang di pembangunan PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso, Sulut, Rabu (30/3). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus mengembangkan energi yang berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Indonesia memiliki berbagai potensi energi yang terkandung didalamnya, termasuk panas bumi. Salah satu sumber panas bumi terdapat di Kamojang yang berada di gugusan Gunung Guntur, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan PT PLN (Persero).

Sejak tahun 1982, PLN telah memanfaatkan energi panas bumi untuk menghasilkan energi listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, yang berlokasi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Diawali oleh satu unit pembangkit berkapasitas sekitar 30 MW, kini PLTP Kamojang telah memiliki tiga unit pembangkit dengan total kapasitas sebesar 140 MW.

“Unit kedua beroperasi pada 29 Juli 1987 dan unit ketiga pada 13 September 1987, masing-masing kapasitasnya 55 MW. Kini, produksi listriknya mencapai 2,4 giga watt hour per tahun,” tutur Vice President Public Relations PLN, Dwi Suryo Abdullah dalam keterangannya, Rabu (18/3/2020).

PLTP Kamojang kini dikelola oleh anak usaha PLN yaitu PT Indonesia Power melalui unitnya Kamojang Power Generation O&M Service Unit (POMU).

Meskipun menjadi PLTP pertama di Indonesia, tidak lantas menurunkan kinerjanya. Terbukti hingga tahun 2019, IP Kamojang POMU dapat menjaga kesiapan unit pembangkit (Equivalent Availibility Factor/EAF) mencapai 96,44.

Infografis Protokol Kesehatan

Infografis Harga Mati DISIPLIN Protokol Kesehatan
Infografis Harga Mati DISIPLIN Protokol Kesehatan (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya