Harga Minyak Kembali Menguat, Sentuh Level Tertinggi dalam 9 Bulan

Harga minyak mentah berjangka Brent naik 34 sen menjadi USD 51,42 per barel.

oleh Athika Rahma diperbarui 18 Des 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 18 Des 2020, 08:00 WIB
Ilustrasi tambang migas
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 34 sen menjadi USD 51,42 per barel. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta), dan menyentuh level tertinggi dalam sembilan bulan. Kenaikan harga minyak ini didorong oleh optimisme pelaku pasar akan kesepakatan paket stimulus fiskal Amerika Serikat (AS).

Selain itu, permintaan minyak di Asia juga mulai menguat. Permintaan akan pemurnian di kilang China dan India memecahkan rekor sehingga memberikan kekuatan lanjutan ke harga minyak.

Sedangkan parlemen AS mendekati kesepakatan tentang paket pengeluaran bantuan virus Corona senilai USD 900 miliar pada Rabu kemarin.

Dengan adanya paket stimulus ini memberikan tekanan ke dolar AS sehingga menyentuh level terendah dalam 2 tahun terhadap rival utama pada hari Kamis yang juga membantu minyak karena harga minyak mentah dalam dolar AS menjadi lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

Mengutip CNBC, Jumat (18/12/2020), harga minyak mentah berjangka Brent naik 34 sen menjadi USD 51,42 per barel dan menyentuh sesi tertinggi di USD 51,90 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 45 sen menjadi USD 48,27 per barel, dengan sesi tertinggi di USD 48,59 per barel.

Kedua benchmark harga minyak ini mencapai level tertinggi sejak awal Maret.

"Asia tengah berada dalam kurva mode pemulihan dari virus Corona," kata analis senior Price Futures Chicago, Phil Flynn.

“Melihat apa yang terjadi di Asia meningkatkan ekspektasi bahwa di Tahun Baru akan terlihat peningkatan yang cepat dalam permintaan minyak mentah, saat vaksin diluncurkan di AS,” tambah dia.

Amerika Serikat pada Kamis juga memperluas kampanye untuk memberikan suntikan vaksin COVID-19.

“Tampaknya ini menjadi musim perayaan yang jauh lebih baik daripada yang bisa diharapkan oleh kebanyakan pelaku pasar. Tapi apakah harga minyak bisa tetap tinggi dan mempertahankan kenaikan ini masih dipertanyakan karena masih ada beberapa negara lockdown, ”kata analis Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen.

Perdagangan Sebelumnya

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

 pada perdagangan sebelumnya, harga minyak naik tipis pada hari Rabu. Hal ini didukung oleh data pemerintah AS yang menunjukkan stok minyak mentah turun pekan lalu dan oleh optimisme tentang paket bantuan virus corona di Amerika Serikat.

Dikutip dari CNBC, Kamis (17/12/2020), harga minyak mentah berjangka Brent naik 28 sen menjadi USD 51,04 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) ditutup 20 sen, atau 0,4 persen lebih tinggi pada USD 47,82 per barel.

Persediaan minyak mentah AS turun 3,1 juta barel dalam sepekan hingga 11 Desember, kata Administrasi Informasi Energi. Analis memperkirakan penurunan 1,9 juta barel, setelah stok melonjak dalam data pekan lalu.

“Kami tidak mampu untuk membangun setelah minggu lalu,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho. “Paket stimulus AS tampaknya sedang diproses, yang juga akan mendukung,” tambahnya.

Para pemimpin Kongres AS mengatakan kemajuan substansial telah dibuat dalam kebuntuan selama berbulan-bulan mengenai bantuan virus corona dan tagihan pendanaan untuk mencegah penutupan pemerintah.

Permintaan minyak AS turun sekitar 13 persen tahun ini karena pandemi virus corona, dan angka penjualan ritel pada Rabu menunjukkan penurunan pengeluaran untuk kedua bulan berturut-turut karena kebangkitan kembali kasus COVID-19.

Permintaan di seluruh dunia buruk, dengan rebound yang paling menonjol terjadi di China. Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan pada hari Selasa bahwa perlu beberapa waktu untuk membalikkan jatuhnya permintaan minyak global selama pandemi.

IEA merevisi turun perkiraannya untuk permintaan minyak tahun ini sebesar 50.000 barel per hari (bpd) dan untuk tahun depan sebesar 170.000 bpd, mengutip pengurangan penggunaan bahan bakar jet karena lebih sedikit orang yang bepergian melalui udara.

Di Eropa, Jerman melakukan penguncian ketat pada hari Rabu karena jumlah kematian yang terdaftar akibat COVID-19 melonjak dengan peningkatan harian tertinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya