Liputan6.com, Jakarta - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memaparkan kinerja lembaga sepanjang tahun 2020.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan, Badan Geologi telah membangun 560 titik sumur bor air tanah untuk menyediakan air bersih bagi daerah sulit air. Angka tersebut kurang dari target pembangunan yang ditentukan yaitu 600 titik.
Baca Juga
"Ini yang jadi andalan di Badan Geologi yaitu penyediaan air bersih untuk daerah sulit air, dimana tahun 2020 ini kami targetkan 600, tapi karena suatu hal, tercapainya 560 titik," ujar Eko dalam paparan kinerja secara virtual, Rabu (20/1/2021).
Advertisement
Adapun hingga tahun 2019, Badan Geologi telah membangun 2.848 titik sumur bor air tanah. Jika ditotal dengan tahun 2020, maka jumlahnya mencapai 3.408 titik.
Kendati menjadi program unggulan, tahun ini menjadi tahun terakhir bagi program pengeboran sumur air tanah di Kementerian ESDM.
"Program ini berhasil mengatasi permasalahan air bersih di daerah sulit air tapi tahun ini (2020), program ini terakhir di Kementerian ESDM karena sesuai UU SDA yang baru, pelaksanaannya ada di Kementerian PUPR," ujar Eko.
Selain itu, pihaknya juga melakukan konservasi air tanah berbasis Cekungan Air Tanah (CAT) melalui beberapa kegiatan seperti updating peta zona konservasi air tanah, penentuan kawasan imbuhan mata air, penyusunan peta kerusakan daerah imbuhan CAT, identifikasi kondisi CAT kawasan Jawa dan Sumatera hingga pemantauan kualitas, kuantitas dan landsubsidence CAT.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertamina akan Bor 44 Sumur Baru di Blok Rokan pada 2021
PT Pertamina (Persero) berencana mengebor 44 sumur baru di tahun 2021. Langkah ini sebagai upaya menahan laju penurunan produksi Blok Rokan usai alih kelola dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).
“Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) akan melakukan pengeboran 44 sumur di tahun 2021,” kata VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman, Selasa (21/4/2020).
Fajriyah mengatakan, Pertamina sedang melakukan persiapan program pengeboran termasuk pengadaan logistik, rig dan crew untuk memastikan PHR dapat langsung melakukan pengeboran, segera setelah proses alih transisi selesai pada Agustus 2021.
“Karena waktu operasional PHR hanya tersisa 4 bulan di tahun 2021, yakni Agustus hingga Desember, maka pengeboran 44 sumur tersebut akan difokuskan pada upaya menahan laju penurunan produksi dan selanjutnya jumlah pengeboran sumur akan ditingkatkan secara bertahap di tahun-tahun berikutnya untuk memaksimalkan produksi,” kata Fajriyah.
Lebih lanjut, Fajriyah menyampaikan bahwa Pertamina berharap PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) dapat merealisasikan program pengeboran selama sisa masa transisi sehingga dapat menahan laju penurunan alamiah dan menjaga produksi pada tingkat yang wajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
"PHR siap untuk melakukan perpanjangan kontrak program pengeboran tersebut untuk dapat melanjutkan kegiatan pengeboran setelah masa alih kelola sehingga jumlah rig dan sumur pemboran dapat mencapai angka yang lebih tinggi. Untuk itu diperlukan kolaborasi konstruktif antara PHR dan CPI dengan dukungan dari SKK Migas selama masa transisi," ujar Fajriyah.
Advertisement