Indonesia Kena Tarif Trump 32 Persen, Begini Tanggapan Salah Satu Orang Terkaya Indonesia

Pengusaha sekaligus salah satu orang terkaya Indonesia Hermanto Tanoko menilai kebijakan tarif Trump justru akan menimbulkan dampak jangka panjang yang

oleh Gagas Yoga Pratomo Diperbarui 10 Apr 2025, 15:14 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2025, 15:14 WIB
Pengusaha Hermanto Tanoko pada acara CEO Networking 2022, Kamis (24/11/2022). (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)
Pengusaha sekaligus salah satu orang terkaya Indonesia Hermanto Tanoko menanggapi dampak kebijakan tarif dagang Amerika Serikat. (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dinilai tak banyak berimbas pada Indonesia.

Pengusaha sekaligus salah satu orang terkaya Indonesia Hermanto Tanoko menilai kebijakan tarif tinggi Trump dalam jangka panjang akan lebih berdampak kepada masyarakat negara Paman Sam.

"Jadi sesungguhnya Indonesia ini tidak terlalu terkena dampak dari kebijakan Trump yang kena justru rakyat Amerika sendiri,” kata Hermanto dalam video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, dikutip Kamis (10/4/2025).

Dalam kondisi ini, Hermanto menyebut masyarakat Indonesia seharusnya cinta kepada produk Indonesia, terus memakai, mengkonsumsi, serta membeli produk-produk Indonesia. Dia menuturkan, jika hal itu dilakukan, Indonesia pada momen ini bisa semakin hebat.

Hermanto juga menuturkan, jika Indonesia berhasil membuat produk yang bagus, perlu didukung sepenuhnya oleh masyarakat Indonesia. Meskipun begitu, Hermanto mengakui tidak mudah untuk membuat produk yang bagus, perlu adanya dukungan besar dari Pemerintah untuk para pengusaha. 

"Pemerintah juga sangat besar ya. Kontribusi, mendukung para pengusaha, agar bisa memproduksi mulai dari hulu sampai hilir, jadi kita tidak tergantung lagi dengan import. Kita bukan hanya tukang jahit, tapi kita mulai membuat bahan baku itu mulai dari downstream sampai finish product Itu tantangannya,” jelas Hermanto. 

Buah Simalakama bagi Amerika Serikat

Dalam pandangannya, Hermanto Tanoko menilai kebijakan tarif Trump justru akan menimbulkan dampak jangka panjang yang merugikan negara itu sendiri, terutama terhadap rakyatnya.

“Amerika ini negara yang terbesar di dunia saat ini. Meskipun sekarang sudah ada equal-nya ya, yaitu saingannya dari China. China ini secara size juga seimbang, tapi orang mesti ingat, Amerika ini declining, turun. Kalau China ini naik,” jelasnya.

Bentuk Kekhawatiran terhadap China

Ilsutrasi bendera China dan Amerika Serikat (AP/Andy Wong)
Ilsutrasi bendera China dan Amerika Serikat (AP/Andy Wong)... Selengkapnya

Hermanto menyebut kebijakan tarif yang diterapkan Trump merupakan bentuk kekhawatiran terhadap China. Namun kebijakan tersebut menurutnya seperti "buah simalakama" berpotensi menimbulkan dilema bagi Amerika Serikat.

Hermanto mengungkapkan rakyat Amerika harus menanggung beban dari kebijakan tersebut. Produk-produk impor dikenakan tarif tinggi, sementara produk lokal yang kualitasnya serupa dijual dengan harga lebih mahal.

"Ini sekarang korbannya kan sudah pasti kelihatan dengan rakyat Amerika. Rakyat Amerika diharuskan untuk membeli produk-produk yang kualitasnya sama, lebih mahal karena dikenakan pajak, sehingga akhirnya dia dipaksa untuk membeli produk-produk dari Amerika yang mahal. Tambah sulit masyarakat di Amerika,” jelasnya.

Ia juga menekankan, kebijakan semacam ini bertentangan dengan tren globalisasi di mana agar dunia ini bisa tanpa batas. 

“Karena gimana caranya dia mengenakan tarif ke seluruh dunia pada saat ini ya, kan semua berpikir globalisasi. Semua berpikir supply chain. Bagaimana agar dunia ini bisa tanpa batas? Kok sekarang jadi dikasih biaya masuk bukan berdasarkan kategori produk, tapi berdasarkan negara dengan negara, mereka tidak mau kalah,” tambahnya. 

Berdasarkan data Forbes, Wijono dan Hermanto Tanoko dan keluarga mencatat kekayaan USD 3,3 miliar pada 2024.

Donald Trump Tunda Penerapan Tarif, Pasar Saham Global Menguat

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas... Selengkapnya

Sebelumnya, saham-saham global langsung melonjak dalam apa yang disebut sebagai “reli lega” setelah Presiden AS Donald Trump mengejutkan pasar dengan mengumumkan penangguhan sementara tarif impor baru terhadap puluhan negara. 

Keputusan ini datang setelah beberapa hari penuh tekanan di pasar keuangan, yang sempat menghapus nilai triliunan dolar dari saham global.

Dalam pengumuman yang disampaikan Rabu waktu AS, Trump menyatakan tarif baru akan ditangguhkan selama 90 hari, memberikan waktu untuk negosiasi lebih lanjut. Meskipun sifatnya sementara, keputusan ini cukup untuk membalikkan arah pasar secara drastis.

Saham teknologi papan atas seperti "Magnificent Seven" langsung meroket, menambahkan lebih dari USD 1,5 triliun nilai pasar dalam semalam. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mencetak kenaikan harian terbesar mereka dalam lebih dari 10 tahun.

Kepala Strategi Ekonomi dan Pasar di ClearBridge Investments, Jeff Schulze mengatakan pasar benar-benar terkejut dengan kabar ini. 

“Mengingat dampaknya sangat besar. Ini jelas menciptakan kondisi risiko-on yang sangat kuat di pasar,” kata Schulze, dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (10/4/2025).

Namun, meski semangat sempat tinggi, kontrak berjangka saham AS kembali melemah pada Kamis pagi. Kontrak berjangka Nasdaq turun 0,67%, sedangkan S&P 500 melemah 0,17%.

Pasar Asia Bergerak Positif

Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)
Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)... Selengkapnya

Pasar Asia juga bereaksi positif. Indeks saham Nikkei Jepang melesat 8%, sementara kontrak berjangka Eropa seperti EUROSTOXX 50 dan DAX masing-masing menguat sekitar 9%, dan FTSE lompat 6%.

Di pasar valuta asing, dolar AS menguat tajam terhadap yen dan franc Swiss. Terutama terhadap yen, dolar mencatat kenaikan harian terbesar dalam dua bulan terakhir.

Meskipun banyak tarif ditangguhkan, Gedung Putih menegaskan bea masuk umum sebesar 10% untuk hampir semua impor masih akan tetap diberlakukan. Selain itu, tarif tinggi untuk mobil, baja, dan aluminium juga tidak mengalami perubahan.

Trump bahkan memperingatkan akan menaikkan tarif terhadap barang-barang dari Tiongkok menjadi 125%, naik dari 104% yang berlaku mulai Rabu.

Sebagai tanggapan, Tiongkok langsung bereaksi dengan menaikkan tarif atas produk Amerika hingga 84% dan memberlakukan pembatasan terhadap 18 perusahaan AS, terutama yang terkait sektor pertahanan.

Kepala Ekonom Amerika Utara di Capital Economics, Paul Ashworth mengatakan sulit membayangkan kedua pihak bakal mundur dalam waktu dekat.

“Tapi kami percaya pembicaraan pada akhirnya akan tetap berlangsung. Walau, pencabutan semua tarif yang ditetapkan sejak pelantikan Presiden tampaknya kecil kemungkinannya,” ujarnya.

Ashworth memperkirakan bahwa tarif efektif terhadap Tiongkok kemungkinan akan stabil di level sekitar 60%, sesuai dengan proyeksi awal Capital Economics.

Sementara itu, menjelang pembukaan pasar di dalam negeri, yuan Tiongkok kembali melemah di pasar luar negeri menjadi 7,3570 per dolar, setelah menyentuh rekor terendah awal minggu ini

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya