Sederet Fakta Pedagang Daging Sapi Mogok Jualan Gegara Harga Melambung

APDI memutuskan menghentikan aktivitas perdagangan daging sapi di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek).

oleh Andina Librianty diperbarui 21 Jan 2021, 10:15 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2021, 10:15 WIB
Jelang Lebaran, Permintaan Daging Sapi Meningkat 50 Persen
Pedagang menunggu pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Sabtu (16/5/2020). Permintaan daging sapi jelang Idul Fitri meningkat hingga 50 persen daripada hari biasa mengakibatkan harga naik dari rata-rata Rp100 ribu per kilogram menjadi Rp120 ribu per kilogram. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) memutuskan menghentikan aktivitas perdagangan daging sapi di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek). Imbauan mogok jualan sementara ini berlaku sejak 19 Januari malam hingga 22 Januari 2021.

Mogok jualan tersebut disebabkan gejolak harga daging sapi potong. Pedagang mengeluhkan Harga Pokok Penjualan (HPP) daging sapi di tingkat Rumah Pemotongan Hewan (RPH), dan distributor yang terlampau tinggi. Sehingga keuntungan yang diterima pedagang menjadi sangat tipis.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada Selasa, 19 Januari 2021 menggelar rapat koordinasi stabilisasi harga daging sapi. Rapat ini diadakan pasca APDI membuat surat edaran bahwa pedagang sapi di Jakarta dan sekitarnya akan mogok jualan hingga 22 Januari 2021.

Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Johny Liano, yang ikut dalam rapat bersama Kemendag menjelaskan harga pokok pembelian daging sapi di tingkat global saat ini memang sudah tinggi. Sehingga, pedagang menginginkan ada penyesuaian.

"Kan kita harga global itu tinggi. Jadi harga pokok pembelian sapi sendiri sudah tinggi. Sehingga harusnya di dalam negeri ikut melakukan penyesuaian," kata Johny.

Menurut dia, beberapa komoditas pangan di Indonesia saat ini masih bergantung pada pasokan dari negara lain. Sehingga berdampak terhadap ketersediaan dan harga di tingkat domestik.

Pasca menerima penjelasan dari Kemendag tersebut, pedagang daging sapi yang diwakili APDI disebutnya mulai memahami pokok persoalan.

"Sekarang apa yang harus dikerjakan, solusinya apa. Kembali lagi bagaimana jangka panjangnya tumpuan kita di dalam negeri cepat ditingkatkan," sambungnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kenaikan Harga Sejak Juli 2020

20160125-Harga Daging Sapi di Jakarta Melonjak Hingga Rp 130 Ribu/Kg-Jakarta
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (25/1). Peraturan Pemerintah yang membebankan pajak 10% untuk setiap penjualan sapi impor berdampak pada naiknya harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

APDI menghitung kenaikan harga daging sapi telah terjadi per Juli 2020. Faktor penyebabnya, pihak importir sapi mendapatkan harga yang sudah sangat tinggi dari negara produsen seperti Australia pada pertengahan tahun lalu.

Ketua APDI, Asnawi, menyampaikan bahwa harga sapi jenis bakalan pada Juli 2020 sudah mencapai posisi USD 3,6 per 1 kg bobot hidup.

Memasuki Januari 2021, harga sapi bakalan per 1 kg bobot hidup mengalami kenaikan USD 0,3, atau menjadi USD 3,9 per 1 kg.

Harga tersebut belum termasuk biaya-biaya bongkar muat di tiap pelabuhan serta ongkos transportasi angkutan.

"Kenaikan harga terjadi sejak Juli 2020 sampai dengan Januari 2021 sudah mencapai Rp 13 ribu per kg pembelian sapi bakalan dari Australia," jelas Asnawi dalam pesan tertulis, Rabu (20/1/2021).

Langkah Pemerintah

Berdasarkan hasil rapat dengan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kemendag pada Selasa 19 Januari 2021, pemerintah telah sepakat untuk mendatangkan sapi impor dari Meksiko dan Australia guna menindaki harga daging sapi yang terus meroket. Kegiatan impor tersebut juga dinilai dapat menjaga stok daging sapi di tingkat pedagang dan pengecer.

Menurut temuan Ditjen PDN Kemendag, Asnawi mengatakan, kenaikan daging sapi saat ini bersifat anomali, bahkan mencapai Rp 130 ribu per kg ditingkat pengecer dan pedagang.

Hal tersebut membuat pedagang daging kesulitan untuk menjajakan dagangannya akibat keuntungan yang diterima sangat minim. Oleh karenanya, Asnawi menyatakan, pemerintah untuk saat ini tak bisa memaksa pedagang untuk berjualan kembali.

"Ditjen Perdagangan Dalam Negeri tidak bisa memaksakan pedagang mesti harus berdagang walau harus menanggung kerugian, dan juga tidak mempermasalahkan jika pedagang daging sapi tidak berdagang karena itu pilihan," tegasnya.

Selain itu, menindaki tingginya harga daging sapi, kata Asnawi, PDN Kemendag disebutnya telah meminta kepada Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) agar tidak menaikan harga sapi timbang hidup di tempat penggemukan (feedlot) untuk sementara waktu.

"Untuk jangka 2 bulan kedepan tidak ada kenaikan harga lagi timbang hidup sapi di feedlot. Yaitu dengan harga Rp 47.000-48.500 tertinggi, setara dengan harga karkas Rp 95.000-98.000 per kg tertinggi," jelasnya.

 

Istana Ajak Pedagang Diskusi

Potret Lapak Kosong Pedagang Daging
Gantungan daging di los pedagang yang kosong di Pasar Kebayoran, Jakarta, Rabu (20/1/2021). Para pedagang daging sapi di sejumlah pasar di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menggelar aksi mogok jualan mulai Rabu hingga Jumat (22/1). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko, membuka ruang dialog dengan asosiasi pedagang guna mencari solusi yang tepat untuk masalah harga daging sapi.

"Saya berharap mereka bisa kita ajak konsultasi, kita ajak bicara. Nanti kita cari bagaimana jalan keluarnya. KSP sangat terbuka untuk menerima mereka," kata Moeldoko, di Gedung Bina Graha, Istana Kepresidenan pada Rabu (20/1/2021).

Tawaran tersebut disampaikan Moeldoko merespons keinginan APDI berdiskusi dengan pihak Istana mengenai solusi untuk menurunkan harga daging sapi.

Moeldoko mengatakan, jika salah satu komoditas pangan seperti harga daging sapi masih mahal, maka perlu langkah-langkah cepat untuk mengendalikan harga agar tidak membebani masyarakat.

"Seperti kemarin persoalan kedelai juga seperti itu. Harus ada langkah-langkah cepat di lapangan, tapi memang harga daging ini cukup tinggi ya harganya. Saya sudah dengar harganya antara Rp 130 ribu per kg," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya