DEN: Sinergi BRI dan LEN Dukung Target EBT di 2025

Dengan kerja sama BRI dan LEN maka pembiayaan PLTS atap bisa lebih murah dan terjangkau bagi masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jan 2021, 20:50 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2021, 16:45 WIB
Sinergi dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) dan PT LEN Industri (Persero)
Sinergi dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) dan PT LEN Industri (Persero) dalam pembiayaan dan pemasangan sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap mendukung target energi baru terbarukan (EBT) pemerintah sebesar 23 persen pada 2025.

Liputan6.com, Jakarta - Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) menyampaikan bahwa sinergi dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) dan PT LEN Industri (Persero) dalam pembiayaan dan pemasangan sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap mendukung target energi baru terbarukan (EBT) pemerintah sebesar 23 persen pada 2025.

"Saya ucapkan terima kasih pada BRI dan PT LEN, sinergi dengan BUMN ini telah membantu kami untuk merealisasikan implementasi energi yang lebih bersih melalui pemasangan solar cell, dukung target EBT (energi baru terbarukan) kita pada 2025 sebesar 23 persen," ujar Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto dalam penandatanganan MoU dengan BRI dan LEN dikutip dari Antara, Kamis (21/1/2021).

Ia mengatakan dengan kerja sama itu maka pembiayaan PLTS atap bisa lebih murah dan terjangkau bagi masyarakat.

Direktur Strategi Bisnis dan Portofolio PT Len Industri, Linus Andor Mulana Sijabat mengatakan sejak dua tahun lalu perusahaan sudah membangun Len solar, khusus PLTS atap bagi perumahan.

"Dari segi produk sudah siap yang belum siap pendanaan," ucapnya.

Ia mengharapkan ada skema pembiayaan yang diberikan oleh BRI bisa mendorong percepatan pembangunan PLTS atap di dalam negeri.

Sementara itu, Pemimpin Wilayah Kanwil BRI Jakarta I, Rudhy Sidharta menyampaikan bahwa sebagai lembaga keuangan, BRI hanya mampu memberi dukungan pembiayaan.

Ia menambahkan skema pembiayaan yang diberikan untuk PLTS atap memiliki jangka waktu yang dinamis dengan bunga yang rendah.

"Bentuk pembiayaan sangat fleksibel, jangka waktu bisa disesuaikan, bisa sampai 15 tahun, besaran bunganya disesuaikan dengan biaya pemasangan PLTS atap," katanya.

Skema pembiayaan PLTS atap ini diharapkan dapat diperluas sehingga turut mempercepat pembangunan EBT di dalam negeri. "Mungkin dengan instansi lain," ucapnya. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Realisasi Pembangkit Listrik EBT Capai 10.467 MW di 2020

ESDM
PLTB ini bisa mengaliri listrik 360 ribu pelanggan 450 KV. Proyek ini bagian dari proyek percepatan pembangunan pembangkit 35.000 MW, sekaligus bagian dari upaya Pemerintah mencapai target bauran energi nasional 23 persen dari EBT pada 2025.

Kapasitas pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sepanjang 2020 tercatat realisasi pembangkit listrik EBT telah mencapai 10.467 megawatt (MW). Bertambah jika dibandingkan 2019 yang sebesar 10.292 MW.

"Kapasitas pemgbangkit listrik energi baru terbarukan terus meningkat," kata Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2020 Dan Rencana Kerja Tahun 2021 secara virtual, Jakarta, Kamis (7/1/2021).

Adapun tambahan kapasitan pembangkit EBT berasal dari PLTA Poso sebesar 66 MW, PLTBm Merauke sebanyak 3,5 MW. PLTM Sion sebesar 12,1 MW dan 13,4 MW dari PLTS Atap. Di tahun 2021, Arifin menargetkan akan menambah pembangkit listrik EBT dengan kapasitas 12.009 MW.

Target ini dibuat pemerintah sebagai komitmen nasional dalam penurunan emisi sesuai UU No. 16 tahun 2016 tentang Pengesahan paris Agreement to UNFCCC. Termasuk dengan Perpres No. 61 tahun 2011 tentang RAN GRK, pemerintah menargetkan tahun 2024 mendatang target bauran penggunaan energi bersih mencapai 23 persen.

Emisi Gas Rumah Kaca Sektor ESDM Sebesar 64,4 Juta Ton Co2

Peluang Investasi EBT di Indonesia Semakin Terbuka Lebar
Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 12 Tahun 2017 membuat peluang investari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) semakin terbuka lebar.

Selain itu, selama tahun 2020 penurunan emisi gas rumah kaca yang dilakukan sektor ESDM sebesar 64,4 juta ton Co2 (karbondioksida). Capain ini dinilai telah melampaui target realisasi tahun 2020 sebesar 58 juta ton Co2.

"Tahun 2020 kita berhasil turunkan emisi sebesar 64,4 juta ton Co2 dari target 58 juta ton Co2," kata Arifin.

Pencapaian ini dilakukan dengan memanfaatkan EBT sebesar 53 persen dan penerapan efisiensi energi 20 persen. Lalu penggunaan bahan bakar fosil rendah karbon 13 persen. Pemanfaatan teknologi pembangkit bersih 9 persen dan kegiatan reklamasi pasca tambang 4 persen .

Meski tahun lalu berhasil melampaui capaian yang diinginkan, namun di tahun 2021 penurunan gas rumah kaca hanya ditargetkan sebesar 67 juta ton Co2.

"Kita targetkan tahun 2021 menjadi 67 juta ton Co2," kata Arifin mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya