Sri Mulyani: Terlalu Dini untuk Katakan Krisis Sudah Selesai

Sri Mulyani menekankan, pemerintah bersama bank sentral dan otoritas keuangan akan tetap waspada dan disiplin dalam menerapkan dukungan fiskal maupun instrumen lain.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Feb 2021, 19:46 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2021, 19:46 WIB
Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuanga Sri Mulyani Indrawati (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dampak pandemi Covid-19 di Tanah Air belum berakhir. Bahkan, terlalu dini untuk mengatakan bahwa Indonesia sudah melalui situasi buruk atau krisis akibat pandemi.

"Ini semua masih terlalu dini untuk mengatakan, krisis sudah selesai," ujarnya dalam Mandiri Investment Forum 2021 secara virtual, Rabu (3/2/2021).

Oleh karena itu, Sri Mulyani menekankan, pemerintah bersama bank sentral dan otoritas keuangan akan tetap waspada dan disiplin dalam menerapkan dukungan fiskal maupun instrumen lain seperti keuangan hingga pembiayaan.

Dari sisi fiskal, pemerintah sudah menyiapkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diperkirakan akan membutuhkan anggaran hingga Rp619 triliun. Program ini ditujukan untuk memberikan perlindungan sosial kepada masyarakat terdampak hingga membantu percepatan distribusi vaksinasi gratis.

Kebijakan fiskal ini akan diiringi dengan pembiayaan yang terkelola dengan baik. Bahkan upaya pemerintah untuk menjaga kestabilan pembiayaan sudah dibuktikan dengan rating dari Japan Credit Rating Agency (JCR) yang mempertahankan peringkat Indonesia pada posisi BBB+ outlook stabil pada Desember.

Situasi tersebut berbeda dengan pemberian rating kepada negara lain. Dia menyebutkan, selama pandemi, agency telah menurunkan lebih dari 120 surat utang negara lain.

"Ini bukan untuk kepuasan diri, tapi ini menunjukkan, yang kita lakukan selama ini merupakan kombinasi tepat antara fleksibilitas, pragmatisme dan bagaimana kita fokus untuk pembiayaan yang berlanjut dan prudent," ucapnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

180 Negara di Dunia Diprediksi Krisis pada 2020, Bagaimana Indonesia?

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal III 2020 Masih Minus
Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski membaik, namun pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 masih tetap minus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Bank Dunia atau World Bank memperkirakan bahwa 92 persen negara di dunia akan mengalami krisis pada 2020. Hal tersebut tak lain disebabkan oleh lumpuhnya perekonomian akibat pandemi Virus Corona COvi-19. Lalu bagaimana dengan Indonesia?

"Bank dunia 2020 sudah menghitung bahwa lebih dari 92 persen negara di dunia, ada 180 negara mungkin ya, 92 persen nya itu akan krisis itu akan negatif pertumbuhannya," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Kacaribu, dalam diskusi online, Jakarta, Jumat (25/9/2020).

Dalam kesempatan tersebut, Febrio menjelaskan, kondisi ekonomi Indonesia sendiri masih jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara lain. Sebab, Indonesia tergolong efektif dalam menangani dampak Covid-19.

"Jadi di antara itu semua Indonesia yang termasuk mungkin, ini too early, kalau saya bilang Indonesia tergolong efektif dalam menangani dampak Covid terhadap perekonomiannya," katanya.

Febrio mengakui, pada kuartal II 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia memang mengalami kontraksi yang cukup dalam. Namun Indonesia masih lebih baik dibandingkan India maupun Filipina.

"Indonesia memang jelek di kuartal-II tapi dibandingkan seluruh dunia saya lebih senang di Indonesia dibandingkan dengan India misalnya sekarang. Bahkan kuartal-III kita akan membaik relatif membaik dibandingkan negara lain," paparnya.

"Saya akan pilih di Indonesia daripada Filipina misalkan. Secara global ini terjadi dimana-mana karena sumber krisinya kan sama yaitu Covid-19 yang sampai sekarang belum ada tanda-tanda perbaikan," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya