Minim Sentimen, Rupiah Ditutup Menguat Tipis

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan relatif stabil,

oleh Andina Librianty diperbarui 22 Mar 2021, 17:26 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2021, 17:20 WIB
Rupiah Menguat di Level Rp14.264 per Dolar AS
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan relatif stabil, didorong melemahnya imbal hasil surat utang atau obligasi Amerika Serikat (AS). Namun demikian, secara keseluruhan, sentimen rupiah cukup minim.

Rupiah ditutup menguat tipis satu poin ke posisi 14.407 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.408 per dolar AS.

"Naiknya indeks dolar dan melemahnya yield US treasury mendorong stabilnya rupiah," kata Analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail dalam kajiannya seperti dikutip dari Antara, Senin (22/3/20210.

Selain itu, lanjut Ahmad, melemahnya harga minyak dunia seiring kekhawatiran kembali lockdown-nya Jerman, membantu stabilnya rupiah hari ini.

Indeks dolar menguat ke level 91,97 hari ini di tengah kekhawatiran kembali diberlakukannya lockdown di Jerman, yang menekan mata uang euro terhadap dolar AS. Kasus harian COVID-19 kembali melonjak di Eropa di tengah keterbatasan vaksin.

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun ke level 1,68 persen. Imbal hasil obligasi AS yang overshoot minggu lalu kemungkinan akan mereda minggu ini di tengah kemungkinan stabilnya data Personal Consumption Expenditure (PCE) AS pada Februari yang diperkirakan akan sejalan dengan konsensus pasar sebesar 1,7 persen (yoy).

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.435 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran 14.407 per dolar AS hingga 14.448 per dolar AS.

Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menunjukkan rupiah menguat 14.456 per dolar AS, dibandingkan posisi pada hari sebelumnya 14.476 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Awal Pekan, Rupiah Tersungkur Dibayangi Imbal Hasil Obligasi AS

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

 Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan awal pekan ini. Pelemahan rupiah masih dibayangi imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, Senin (22/3/2021), rupiah dibuka di angka 14.434 per dolar AS melemah dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di 14.407 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah di level 14.433 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.420 per dolar AS hingga 14.447 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,73 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.456 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.476 per dolar AS.

"Yield obligasi AS masih akan jadi perhatian pasar karena tidak ada antisipasi dari The Fed dan kekhawatiran inflasi di AS," kata Pengamat Pasar Uang Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova dikutip dari Antara, Senin (22/3/2021).

DolarAmerika menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan pekan lalu, mencapai tertinggi lebih dari satu minggu, setelah bank sentral AS menyatakan tidak akan memperpanjang keringanan sementara persyaratan modal bank, yang mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS naik dari level terendah hari itu.

Bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), mengumumkan tidak memperpanjang aturan sementara yang mengarahkan bank-bank besar menahan lebih banyak modal untuk aset mereka, seperti obligasi pemerintah yang berakhirnya pada 31 Maret.

The Fed telah memberlakukan aturan untuk mendorong pinjaman bank ketika rumah tangga dan bisnis Amerika dirugikan oleh penguncian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya