Liputan6.com, Jakarta - Banyak proyek negara yang tidak ekonomis dikerjakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Disebut tidak ekonomis karena mengeluarkan biaya investasi yang besar tetapi tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan dan negara. Salah satunya adalah Tol BekasiâCawangâKampung Melayu (Becakayu).
Mantan Sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Muhammad Said Didu mengatakan, beberapa contoh proyek yang tidak ekonomis yang dikerjakan oleh BUMN adalah proyek mangkrak Tol Becakayu dan Bandara Kertajati. Untuk proyek Tol Becakayu menelan banyak dana investasi tapi tak mendatangkan keuntungan yang setimpal dan proyek ini sudah pernah dihentikan.
Baca Juga
"Saya katakan, Tol Becakayu. Dulu kita putuskan tidak perlu dibangun karena tidak layak secara ekonomi dan saya paham pemiliknya adalah swasta dan dibelilah oleh Waskita dan kemudian dibangun dan itu tol termahal di dunia," kata Said Didu, Jakarta, Jumat (9/4).
Advertisement
Said Didu juga menyayangkan, proyek termahal itu dibanggakan oleh Presiden Jokowi karena berhasil diselesaikan. "Tapi saat itu berpidatolah Bapak Presiden bahwa kita menyelesaikan proyek mangkrak. Padahal tidak ekonomis," jelasnya.
Hal yang sama juga terjadi pada proyek Bandara Kertajati yang sempat terhenti. Saat era Menteri Perhubungan dijabat oleh Ignatius Jonan, proyek ini memang dihentikan usai ada perhitungan antara biaya investasi dan keuntungan yang akan didapatkan oleh perusahaan.
"Kertajati memang diputuskan tak dibangun bahkan awal Presiden Jokowi, waktu itu Pak Jonan memutuskan tak dibangun karena memang tidak layak. Pada saat Budi Karya Sumadi maka diteruskan pembangunan proyek itu dan itu semua masalah," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Geram Ada Parkir Liar, Pemkot Jaktim Ubah Kolong Tol Becakayu Jadi Kebun Sayur
Kolong Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, kerap disalahgunakan warga dan pengusaha sebagai tempat parkir liar.
Pemerintah Kota Jakarta Timur pun mengubah lahan itu menjadi ruang publik. Salah satunya untuk bercocok tanam.
"Kolong Tol Becakayu di Cipinang Melayu ada di RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, dan RW 06 memiliki total panjangnya 4-5 kilometer," kata Lurah Cipinang Melayu Agus Sulaeman di Jakarta, seperti dilansir dari Antara, Minggu (15/11/2020).
Menurut dia, sejak konstruksi Tol Becakayu diresmikan pada 3 November 2017, kolong jalan bebas hambatan itu kerap disalahgunakan untuk parkiran liar.
Lahan bantaran Kalimalang tersebut dijadikan pool angkutan umum hingga garasi ilegal bagi mobil warga di wilayah setempat yang rumahnya tidak memiliki lahan parkir.
"Rata-rata adalah kendaraan pribadi warga yang tidak punya parkiran di rumahnya. Awalnya parkiran liar itu muncul saat banjir dan mereka butuh lahan buat evakuasi kendaraan, tapi ke sini-sininya jadi parkiran tetap," ujar Agus.
Deretan kendaraan yang parkir tersebut, lanjut dia, telah menimbulkan kesan pungutan liar.
"Kita mau ubah konsep itu. Kita gunakan untuk sarana edukasi masyarakat, yang secara konsep tergantung pada masukan warga," kata Agus soal kolong Tol Becakayu.
Advertisement
Hasil Kebun Dibagi Gratis
Sejumlah ruang publik yang telah diterapkan di antaranya perkebunan di wilayah RW 01 yang digarap melalui kerja sama Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Ketua RW, petugas Penanaganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dan warga.
Kebun tersebut ditanami 15 macam jenis tanaman seperti kol, cabe, timun suri, kacang panjang, singkong, jagung, cabe merah, cabe hijau, cabe rawit, kangkung, terong dan lainnya.
"Warga yang melintas di jalan diperkenankan untuk mengambil," tutur Agus.
Selain itu, kolong tol di RW 03 telah difungsikan sebagai lintasan sepeda seluas 200 meter.
Agus mengatakan lintasan sepeda tersebut berjenis 'pump track' pertama di wilayah Jabodetabek yang memanfaatkan lahan fasos/fasum kota.
"Konsultan sekaligus pelaksana proyek dipegang oleh Rombangan Anak Mangkok (ROAM) Universitas Indonesia (UI)," kata dia.
Agus menambahkan masih terdapat tiga area kolong tol lainnya yang saat ini masih menunggu masukan warga seputar pemanfaatannya.
"Bisa sebagai taman edukasi, taman kota dan sebagainya. Jadi setiap area punya karakteristik masing-masing," tutur Agus.Â