Curhat Gubernur I Wayan Koster Kerasnya Pandemi Covid-19 Hantam Ekonomi Bali

Sebagai tujuan wisata mancanegara unggulan, perekonomian di Bali lesu sejak tidak ada kunjungan wisatawan.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Apr 2021, 18:00 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2021, 18:00 WIB
Gubernur Bali Wayan Koster
Gubernur Bali Wayan Koster

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bali, I Wayan Koster membeberkan betapa kerasnya pandemi Covid-19 yang berlangsung setahun, membuat perekonomian terutama pariwisata Bali terguncang.

Sebagai tujuan wisata mancanegara unggulan, perekonomian di Bali lesu sejak tidak ada kunjungan wisatawan.

"Sekarang sudah 1 tahun lebih sektor pariwisata di Bali dan sektor pendukungnya itu sangat berat. Ini kasihan, sudah banyak yang di PHK, dirumahkan sampai tidak beroperasi," kata Koster dalam Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional - Temu Stakeholders di Bali, Jumat (9/4/2021).

Padahal sebelum pandemi, kunjungan wisatawan domestik mencapai 10,5 juta dan wisatawan mancanegara mencapai 6,3 juta pada 2019. Sehingga pertumbuhan ekonomi di Bali mencapai 5,3 persen, melebihi pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk itu dia meminta pemerintah memberikan kebijakan khusus bagi Bali untuk menolong para pelaku usaha pariwisata dan sektor pendukungnya.

"Saya kira pemerintah dan DPR akan bijak sekali kalau ada keberpihakan buat spesifik buat Bali, karena terbesar pariwisata itu di Bali. Jangan sampai ini pas lagi sulit itu habis manis sepah dibuang," ungkap Koster.

 

Saksikan Video Ini

Tak Tahu Batas Kemampuan Pengusaha

koster piala dunia u-20
koster piala dunia u-20

Koster mengklaim meski pariwisata di Bali telah terguncang sejak setahun lebih tetapi para pengusaha masih bisa bersabar menghadapi kondisi yang masih tidak menentu.

Namun, dia tidak bisa memastikan tingkat kesabaran masyarakat Bali bisa terus terjaga di tengah situasi yang semakin sulit.

"Saya bersyukur para pelaku usaha ini masih sabar. Untung Gubernurnya saya. Syukur masih bisa kita kontrol tetapi kita tak tahu ini bisa sampai kapan," ungkapnya.

Untuk itu dia meminta pemerintah dan regulator bisa memberikan kebijakan dan relaksasi kredit lebih spesifik untuk Bali.

Setidaknya, keringanan tersebut diperpanjang hingga 1-2 tahun ke depan. Berharap kondisi sudah kembali membaik di tahun 2023.

"Terus terang pelaku usaha pariwisata ini sangat membutuhkan waktu 1 tahun ke depan. Operasionalnya sudah enggak bisa bayar. Minta pinjaman yang 2 tahun. Saya kira tahun 2023 nirmla ini saya yakin dia akan bayar," ungkap dia.

Reporter: Anisyas Alfaqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya