Bukan Jakarta, Ini 3 Daerah dengan Transaksi Belanja Tertinggi Selama Ramadan 2021

Belanja di daerah tujuan mudik meningkat drastis dari sebelum bulan Ramadan.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mei 2021, 14:20 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2021, 14:20 WIB
Macet di Depan Pasar Kebayoran Lama
Sejumlah kendaraan terjebak macet di kawasan Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (11/5/2021). Sudah menjadi tradisi menjelang Idul Fitri 1442 H, warga belanja sembako dan daging untuk keperluan lebaran hingga membuat kawasan tersebut macet. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Treasury & International Banking Bank Mandiri melaporkan kebijakan pelarangan mudik lebaran 1442 hijriah tidak bisa membendung mobilitas masyarakat meninggalkan ibukota. Tercermin dari peningkatan transaksi belanja sejumlah kota tujuan mudik mengalami peningkatan menjelang lebaran.

"Karena masyarakat tetap mudik, belanja di daerah tujuan mudik meningkat drastis dari sebelum bulan Ramadan," kata Ekonom Bank Mandiri, Yudo Wicaksono, dalam Media Gathering Virtual Economic Outlook & Industri Kuartal II 2021, Jakarta, Rabu (19/5).

Yudo menjelaskan, sebelum memasuki bulan puasa, indeks belanja di Jakarta berada di posisi 1,7 poin. Peningkatan indeks ini relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Namun selama bulan Ramadan, indeks belanja di Jakarta turun menjadi 0,7 poin.

"Sebelum Ramadan perbaikan indeks belanja di Jakarta 1,7 poin, berbeda dengan daerah lain. Namun saat bulan Ramadan turun menjadi 0,7 poin," kata dia.

Kondisi ini juga terjadi berbagai kota-kota besar lainnya. Sebaliknya, indeks belanja di beberapa kota tujuan mudik mengalami peningkatan.

Tiga daerah dengan indeks belanja tertinggi selama bulan Ramadan yakni Probolinggo menjadi 12,6 poin dari sebelumya hanya 1,0 poin, Cimahi menjadi 9,8 poin dari sebelumnya 1,0 poin dan Mojokerto menjadi 9,4 poin dari sebelumnya hanya 3,0 poin.

Untuk itu dia menyimpulkan, pelarangan mudik tidak membuat mobilitas masyarakat turun secara signifikan. Terbukti dari indeks belanja di kota-kota kecil tetap tumbuh selama ada kebijakan pelarangan mudik.

"Jadi dapat disimpulkan pelarangan mudik tidak mengurangi mobilitas belanja masyarakat di kota kecil yang menjadi tujuan mudik," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Geliat Ekonomi di Pasar Tanah Abang Jadi Indikator Perbaikan Sektor Konsumsi

Kerumunan Pasar Tanah Abang Blok A
Kerumunan warga saat mengunjungi Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta, Minggu (2/5/2021). Kepadatan pengunjung yang ingin membeli kebutuhan untuk Lebaran tetap terjadi di Blok A dan B Tanah Abang meski petugas gabungan telah berjaga di pintu masuk guna mencegah kerumunan. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Sepekan menjelang Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah, berbagai pusat perbelanjaan dan pasar mengalami peningkatan kunjungan. Salah satunya di Pasar Tanah Abang yang beberapa waktu lalu yang mengalami kerumunan karena masyarakat datang untuk berbelanja kebutuhan lebaran.

Peneliti INDEF, Bhima Yudhistira mengatakan hal ini tidak terlepas masih minimnya transaksi di platform digital. Meski mengalami peningkatan transaksi, namun persentase kenaikan hanya sekitar 5 persen hingga 6 persen dari total retail nasional.

"Porsi transaksi e-commerce meskipun meningkat masih dikisaran 5 persen - 6 persen dari total retail nasional," kata Bhima saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Rabu (5/5).

Bhima mengatakan 70 persen masyarakat masih melakukan transaksi jual beli di pasar tradisional. Sedangkan sisanya memilih belanja di ritel modern atau grosir. Hal ini menunjukkan, Pasar Tanah Abang tetap menjadi indikator perbaikan konsumsi masyarakat.

"Artinya peran pasar seperti tanah abang tetap krusial sebagai indikator perbaikan konsumsi masyarakat," kata Bhima.

Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi nasional kuartal I-2021 yaitu -0,72 persen. Lebih baik dibandingkan kuartal IV-2020 yang tumbuh -2,19 persen.

Melihat kondisi yang ada saat ini, Bhima menilai pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal II-2021 akan lebih baik karena permintaan terhadap konsumsi mulai bergerak. Dia berharap pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh positif di angka 1 persen sampai 2 persen.

"Harapannya tumbuh positif meskipun kalau 7 persen masih sulit. Perkiraan di 1 persen sampai 2 persen," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya