Unik, Warga Jepang Pilih Investasi ketimbang Simpan Uang di Bank

Sistem perbankan tiap negara memiliki keunikannya tersendiri.

oleh Athika Rahma diperbarui 16 Jul 2021, 14:20 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2021, 14:20 WIB
Suasana Liburan Panjang di Jepang Saat Darurat COVID-19
Orang-orang mengenakan masker untuk mencegah virus corona berjalan melintasi penyeberangan pejalan kaki pada awal liburan "Minggu Emas" Jepang di distrik Shibuya, Tokyo, Kamis (29/4/2021). Pemerintah Jepang meminta warga untuk tinggal di rumah selama "minggu emas". (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta Sistem perbankan tiap negara memiliki keunikannya tersendiri. Lumrahnya, kebijakan perbankan di suatu negara akan disesuaikan dengan karakteristik warganya.

CEO PT Bank Danamon Indonesia Yasushi Itagaki membeberkan perbedaan sistem perbankan yang dimiliki Indonesia dan Jepang, yaitu dari sisi suku bunga.

"Sebenarnya dari komponen dasar, keduanya sama. Berbeda dengan Indonesia, Jepang adalah negara yang matang dan populasinya menyusut. Bunga bank yang ditawarkan nol atau minus," ujar Yasushi dalam acara Ulang Tahun Bank Danamon ke-65, Jumat (16/7/2021).

Lanjutnya, jika seseorang menyimpan uangnya di bank di Jepang, dia tidak akan mendapat bunga simpanan. Begitu pula ketika dia meminjam uang dari perbankan, bunganya sangatlah minim.

Yasushi mengungkapkan, orang Jepang memiliki kebiasaan menginvestasikan uangnya daripada menumpuknya di bank.

"Hanya beberapa orang yang mau menyimpan uangnya di bank, dan kebanyakan orang menginvestasikan uangnya. Ini jadi masalah fundamental di Jepang yang harus diselesaikan," katanya.

"Sementara, perbankan Indonesia lebih menguntungkan dan memiliki banyak peluang," kata Yasushi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perbankan Mulai Turunkan Suku Bunga Kredit

Ilustrasi Bank
Ilustrasi Bank

Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan cukup besar sehingga menjadi 3,5 persen. Pemangkasan suku bunga acuan guna menjalankan kebijakan yang akomodatif akibat pandemi Covid-19.

Sayangnya, penurunan suku bunga acuan ini tidak direspons dengan cepat oleh perbankan. Terlihat, suku bunga dasar kredit perbankan masih tinggi yang kemudian menjadi salah satu indikasi penurunan permintaan kredit.

"Suku bunga perbankan terjadi penurunan meskipun dalam speed yang tidak secepat policy rate," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo dalam Webinar Menakar Efektivitas Stimulus Ekonomi, Jakarta, Selasa (4/5/2021).

Dody melanjutkan suku bunga dasar kredit hanya turun sekitar 70 bps sampai 80 bps. Sementara suku bunga deposito lebih cepat turun dan hampir sejalan dengan kebijakan bank sentral.

Melihat kondisi ini, Bank Indonesia memberikan kebijakan agar perbankan menyampaikan transparansi suku bunga dasar kredit dan melaporkan kepada bank sentral untuk disosialisasikan. Hasilnya, kata Dody tercipta sentimen positif karena perbankan mulai menurunkan suku bunga dasar kredit.

"Ini menjadi sentimen yang positif dan ini terus menurunkan suku bunga dasar kredit," kata dia.

Hingga saat ini Dody menyebut selisih suku bunga acuan dengan suku bunga dasar masih cukup tinggi, yakni 3,9 persen. Meski begitu hal ini lebih baik dari sebelumnya yang memiliki selisih antara 4,2 persen sampai 4,5 persen.

"Ini selisihnya 3,9 persen dari sebelumnya itu mungkin di kisaran 4,2-4,5 persen," kata dia

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya